![]() |
|
|
“Kakimu boleh terpasung, ragamu boleh terkurung tapi jiwa dan pemikiranmu harus terbang jauh ke menembus angkasa”
Indonesia merupakan suatu sistem pemerintahan yang sangat memberikan ruang gerak untuk perempuan. Kita kenal dengan presiden Republik Indonesia tahun 2000-2004, yaitu Ibu Megawati Soekarnoputri.
Ia merupakan sosok perempuan yang mampu menjadi pemimpin bagi negara, dengan latar belakang tersebut lahirlah pemikiran-pemikiran dari partai politik untuk memunculkan tokoh perempuan.
Selain itu dalam jajaran kabinet-kabinet negara terdapat beberpa bidang yang diduduki oleh perempuan. Seperti, Sri Mulyani Indrawati (Menteri Keungan Indonesia), Mari Elka Pangestu (Menteri Perdagangan Indonesia), Siti Fadilah (Menteri Kesehatan Indonesia), Khafifah Indar Parawansah (Politisi), Idza Priyanti (Bupati Brebes), dan masih banyak tokoh perempuan yang mempunyai hasrat menjadi pemimpin.
Dengan lahirnya para tokoh-tokoh perempuan tak jauh dari sejarah Raden Ajeng Kartini, atau akrab disapa ibu kita Kartini. Beliau merupakan tokoh pahlawan nasional yang namanya masih harum semerbak hingga saat ini. Dengan jiwa antusiasme mereka terhadap sosok Kartini, setiap tahunnya Indonesia memperingati tanggal 21 April sebagai hari kelahiran Kartini.
Peringatan ini dilakukan dengan berbagai acara yang berbeda disetiap daerah. Ada yang membuat karnaval, atau fashion show baju daerah, mengadakan lomba-lomba lain yang berkaitan dengan semangat juang Kartini. Sudah sangat perlu sebagai perempuan harus mengerti tentang sejarah ibu Kartini yang telah menyelamatkan perempuan dari adat, yang mungkin akan merendahkan martabat seorang perempuan.
Raden Ajeng Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879, ayahnya bernama Raden Mas Adipati Ario sosroningrat yang merupakan bupati jepara saat itu. Sementara ibunya bernama M.A Ngasirah yang juga merupakan keturunan dari tokoh agama di jepara yang dosegani saat itu, Kyai H. Madirono. Karena terlahir sebagai anak bupati, tentu hidup Kartini tercukupi secara material.
Kartini bahkna menyelesaikan sekolah dio ELS (Europose Lagere School), yang padahal pada masa itu anak-anak seusia Kartini tidak bisa bersekolah, namun tak sempat umur yang tua Kartini meninggal dunia, saat itu Kartini sedang melahirkan anak pertamanya di umur 24 tahun tepatnya pada 17 september 1904.
Setelah kartini meninggal, barulah pemikiran-pemikiran kartini tentang perempuan di Indonesia mulai banyak menjadi pembicaraan. J.H. Abendanon yang ketika itu menjabat sebagai menteri kebudayaan, agama dan kerajinan hindia belanda mulai mengumpulkan surat-surat yang pernah ditulis oleh R.A Kartini ketika ia aktif melakukan korespondensi dengan teman-teman yang berada di Eropa.
Akhirnya disusunlah buku yang awalnya berjudul “Door Duisternis tot Licht” yang kemudian diterjemahkan dengan judul “Dari Kegelapan Menuju Cahaya” yang terbit pada tahun 1991. Namun buku tersebut lebih dikenal dengan judul “ Habis Gekap Terbitlah Terang”.
Dalam buku tersebut Kartini juga menulis tentang bagiaman seharusnya perempuan, perempuan bukan hanya menjadi pembantu dalam sebuah rumah tangga. Namun perempuan harus cerdas karena perempuan akan menjadi ibu bagi anak-anaknya dan menjadi istri dari suaminya. Benar-benar perjuangan Kartini terhadap emansipasi wanita, dari buku tersebut berdirilah sebuah sekolahan di Semarang, yang hanya menerima murid perempuan saja.
Perempuan abad 20 lupa menjadi perempuan untuk dirinya sendiri. Padahal perempuan diambil dari bahasa sansekrta yaitu kata empu yang berarti kuat sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu Tuan. Seharusnya yang dirasakan perempuan saat ini ialah bahwa dirinya mampu serta kuat memberikan sebuah perubahan untuk dunia, karena rahim perempuan adalah garda terdepan dunia.
Selain itu, perempuan juga harus mampu memahami perannya sebagai perempuan diantaranya peran mereka menjadi seorang anak dari orang tua, perean mereka menjadi seorang istri bagi suami, peran mereka menjadi ibu bagi anak-anaknya serta peran mereka dalam menjadi tokoh masyarakat. Paling sering dilupakan adalah bahwa perempuan sering menunjukkan titik lemahnya sehingga dengan mudah laki-laki memberikan deskriminasi terhadap diri kita semua. Kekuatan perempuan abad 20 adalah fisik.
Khusus untuk perempuan sudahkah kalian mencontoh perjuangan beliau?, yang memang memperjuangkan hak-haknya sebagai perempuan. Namun di abad yang ke-20 dimana lahir generasi-generasi milenial, para perempuan semakin dimanjakan dengan alat teknologi.
Perempuan hanya menjadi konsumen bagi produk industri, bahkan perempuan generasi milenial takut dengan panasnya sinar matahati, capek ketika harus seharian bekerja, dan gengsi terhadap fisik yang mungkin kurang memungkinkan disebut perempuan.
Imam AL-Ghazali mengemukakan, “Jadilah perempuan yang menginspirasi, bukan perempuan yang suka dipuji, bukan pula perempuan yang menebar sensasi, dan bukan pula perempuan yang sibuk mempercantik diri”.
Kenyataanya di generasi milenial ini, sangat bertolak belakang dengan penyampaian dari Imam Al-Ghazali. Generasi milenial lebih mementingkan diri sendiri dengan mempercantik diri agar dipuji, dan mampu menyebarkan sensasi, kata kunci pertama adalah cantik.
Persepsi cantik sendiri dibentuk oleh industri kecantikan agar produk mereka laku di pasaran. Bagi orang indonesia cantik adalah orang yang berkulit putih, hidung yang mancung, bibir yang seksi, bentuk wajah yang sempurna, tinggi semampai dan berambut lurus.
Dengan perspektif seperti itu, maka produk-produk pemutih berjamuran beredar di pasaran, kadang konsumen mengabaikan keamanan produk itu sendiri berbahaya atau tidak. Selain itu dalam media massa juga sering terjadi penculikan atau penipuan di karenakan alat teknologi yang canggih dengan bisa mengubah wajah perempuan menjadi cantik. Pergeseran ini banyak dipengaruhi oleh keberadaan arus globalisasi, dan juga media masa yang membuat menjamunya budaya konsumerisme.
Perempuan adalah rahim peradaban. Ia harus mampu memiliki mental dan mindset untuk menciptakan sebuah perubahan. Standarisasi kecantiakn yang sangat ditubuhkan dengan perempuan itu agak tidak masuk akal, sebab pengertian perempuan bukan hanya satu jenis fisik saja ia beragam.
Alangkah lebih ternilainya ketika seorang perempuan mampu menjadi punggung kehidupan ia memberikan nuansa yang yang berbeda namun dalam bingaki ketaatana. Jejak langkah Kartni adalah sebuah tauladan bagi umat perempuan Indonesia, bahwa pemikiran akan selalu berperan dibandingkan kesibukan dalam memoles kecantikan wajah.
Perempuan milenial sudah sangat sibuk untuk mempercantik dirinya, hingga api Kartini yang seharusnya masih menyala sampai saat ini mengalami kesenyapan.
Untuk perempuan Indonesia katakanlah; “Aku Mau!”
Mau untuk menjadi pionir perubahan. Mau menjadi manusia multiperan. Mau untuk seutuhnya menjadi perempuan; kuat, hebat dan taat.
(Siti Zulaeka adalah Mahasiswi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Peradaban Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Juga Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Tegal)