Harga Bawang Daun Rendah, Petani Merugi
-LAPORAN ZAENAL MUTTAQIEN
Kamis, 29/03/2018, 02:20:37 WIB

Petani Desa Dawuhan Sirampog sedang menimbang hasil panen tanaman bawang daun (Foto: Dok. Zaenal Muttaqin)

PanturaNews (Brebes) - Petani bawang daun di lereng Gunung Slamet, khususnya di Desa Dawuhan dan Igirklanceng, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, terus merugi. Pasalnya harga bawang daun dalam sebulan ini hanya Rp 2 ribu perkilogram di tingkat petani.

Abdul Kholik (49), petani setempat menjelaskan, jatuhnya harga bawang daun sudah berlangsung sebulan tetakhir ini. Bandar dari luar daerah rata-rata menghargai bawang Rp 2 ribu perkilogram. Harga sebesar itu tidak menguntungkan bagi petani.

“Harga tersebut tidak menguntungkan bagi petani, minimal Rp 4 ribu perkilogram petani baru mendapatkan untung," jelasnya.

Dengan rendahnya harga tersebut ia dan petani lainya merugi jutaan rupiah. Biaya produksi saat ini cukup tinggi muali dari pengolahan lahan dan perawatan membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

"Saya juga tidak mengerti kenqpa saat ini harganya rendah, padahal kebutuhan pasar juga cukup tinggi,“ tandasnya.

Para petani mengaku sangat terpukul dengan rendahnya harga bawang daun. Kemungkinan karena permainan dari para tengkulak.

“Petani tidak tahu persis entah sampai kapan harga bawang daun bisa naik," ujar Sirodin (40) petani dari Desa Igirklanceng.

Sirod menjelaskan, petani bawang daun di Desa Dawuhan dan Desa Igirklanceng cukup banyak, bahkan hampir 70 persen dari seluruh petani yang ada di dua desa di kereng Gunung Slamet tersebut. Mereka mengalami nasib sama dalam penjualan hasil pertaniannya.

“Petani bingung juga, bawang daun mau dipanen harga rendah, tidak dipanen daun bawang bisa busuk,“ ucapnya.

Olehkarena itu, ia berharap pemerintah supaya segera menstabilkan kembali harga bawang daun supaya petani bergairah.

"Pada bulan ini petani bawang daun merugi,“ katanya.

Akibat merosotnya harga bawang daun juga berdampak pada semangat petani dalam bekerja merawat tanamannya. Karena harga rendah dan rugi, petani menjadi kurqng bergairah.

"Gairah petani jadi kurang dan itu dapat berimbas turunnya perekonomian juga," pungkas Sirodin.