Kupat Glabed Randugunting
SL-SL Gaharu
Sabtu, 19/12/2009, 09:38:00 WIB

Kupat Glabed Randugunting dan Sate Bukur

PanturaNew (Tegal) - Kekurahan Randugunting, Kecamatan Tegal Selatan, Kota Tegal, Jawa Tengah menjadi ikon kuliner ‘Kupat Glabed, Tegal. Dinamakan kupat glabed karena kuah terbuat dari campuran rempah dan santan yang sangat kental, membuat sayur kupat menjadi ‘ngglabed’ (kental), gurih dan manis. Biasanya kupat glabed disajikan bersamam Sate Bukur (Kerang) atau Sate Kikil (Kulit).

Kupat dengan sayur kuning plus potongan tempe kecil memang menjadi makanan yang memikat untuk dicoba, karena warna kuningnya yang menawan serta kekentalan kuahnya. Glabed dalam bahasa Tegal berarti kental. Pelengkap makanan ini adalah sate bukur atau pun sate kikil yang dibumbu pedas. Penjual Kupat Glabed khas Randugunting ini biasa ditemui di Pasar Malam Alun-alun Tegal.

Sedangkan di daerah asalnya, Randugunting juga masih banyak ditemui penjual kupat glabed. Para penjual kupat glabed ini kebanyakan meneruskan usaha generasi sebelumnya. Bisa dikatakan, usaha berjualan kubat glabed ini adalah usaha turun temurun. Para penikmat makanan jika ingin merasakan kupat glabed di daerah asalnya, bisa dating ke dearah sekita Randugunting diantaranya di Jalan Merpati, Jalan Ayam dan beberapa jalan lainnya.

Dalam sejarahnya, ketupat atau kupat tentunya sudah dikenal sejak dulu terutama populer pada Hari Raya Idul Fitri atau Hari Raya Idul Adha. Ketupat adalah sejenis makanan yang terbuat dari nasi dan dibungkus oleh daun kelapa muda atau dikenal juga dengan janur.

Umumnya ketupat identik sebagai hidangan spesial lebaran, tradisi ketupat ini diperkirakan berasal dari saat Islam masuk ke tanah Jawa. Dalam sejarah, Sunan Kalijaga adalah orang yang pertama kali memperkenalkannya pada masyarakat Jawa.

Ketupat sendiri menurut para ahli memiliki beberapa arti, diantaranya adalah mencerminkan berbagai macam kesalahan manusia, dilihat dari rumitnya anyaman bungkus ketupat. Yang kedua, mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah mohon ampun dari segala kesalahan, dilihat dari warna putih ketupat jika dibelah dua. Yang ketiga mencerminkan kesempurnaan, jika dilihat dari bentuk ketupat. Semua itu dihubungkan dengan kemenangan umat Muslim setelah sebulan lamanya berpuasa dan akhirnya menginjak hari yang fitri.