Senin, 13/01/2025, 11:32:34
Pemanfaatan Jarimatika Untuk Meningkatkan Keterampilan Berhitung Siswa di SDN 02 Jipang
OLEH: KELOMPOK MAHASISWA PGSD UP
.

Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Peradaban Bumiayu, Kabupaten Brebes praktek penerapan metode Jarimatika di SD Negeri Jipang. (Foto: Dok/Mahasiswa)

KETERAMPILAN literasi matematika penting dilakukan karena matematika erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari (Sari, 2015). Pengetahuan matematika dapat membantu seseorang memahami peran atau kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, kompetensi matematika juga menekankan pada kemampuan siswa dalam menganalisis, menalar dan mengkomunikasikan gagasan secara efektif untuk memecahkan masalah matematika yang mereka temui (OECD, 2009). Hal ini adalah sesuatu yang menghubungkan pengetahuan matematika di kelas dengan berbagai situasi kehidupan nyata, karena kita semua tahu bahwa masalah itu penting dalam matematika.

Soal matematika membantu siswa memperoleh lebih banyak pengetahuan dan pengalaman serta dapat menjadikannya lebih dewasa. Selain itu pemahaman matematika sangat penting bagi siswa agar siap hidup dalam masyarakat modern karena matematika merupakan sarana yang penting bagi siswa ketika menghadapi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari (Muzaki, 2017), dan siswa tentunya akan Mengalami Kesulitan belajar.

Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa adalah hal yang biasa terjadi di banyak sekolah. Ketika siswa menghadapi kesulitan belajar, mereka mengalami hambatan dalam mendapatkan hasil yang baik dalam pelajaran. Siswa yang mengalami kesulitan tersebut biasanya mendapatkan nilai yang rendah.

Saat ini, ada banyak cara baru yang telah ditemukan untuk membantu siswa yang menghadapi masalah dalam berhitung. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan metode jarimatika. Istilah jarimatika berasal dari dua kata, yaitu jari dan aritmatika, yang berarti cara menghitung dengan menggunakan jari tangan.

Metode jarimatika memiliki beberapa keuntungan, seperti alat yang digunakan tidak perlu dibeli, tidak akan hilang atau diambil saat ujian, tidak membebani ingatan siswa sehingga terlihat lebih mudah, dan membuat siswa lebih mudah memahami pelajaran baru karena dikelola dengan cara yang menyenangkan. Metode ini juga melatih kedua sisi otak supaya dapat bekerja lebih baik, serta membantu siswa untuk menghitung dengan cara yang lebih sederhana dan cepat (Wulandari, 2009: 17).

Selain itu, karena metode jarimatika menggabungkan belajar dan bermain, ini sangat baik untuk perkembangan anak. Saat bermain, anak-anak bisa menemukan apa yang mereka suka dan tidak suka, serta mengasah konsentrasi dan kemampuan fisik mereka (Asih, 2009: 3).

Metode jarimatika dapat digunakan untuk menjumlah dan mengurangi angka hingga empat digit (ribuan) serta untuk mengalikan dan membagi angka hingga dua atau tiga digit (puluhan dan ratusan). Dengan berlatih, anak-anak akan menemukan bahwa berhitung menggunakan metode jarimatika menjadi lebih mudah, cepat, dan menyenangkan.

-Konsep Jarimatika

Menurut Prasetyono (2009: 28), Jarimatika merupakan kombinasi dari kata "jari" dan "aritmatika". Ini berarti cara menghitung dengan bantuan jari untuk melakukan operasi hitung. Sementara itu, Rahayu (2021) menyatakan bahwa metode jarimatika lebih mudah dimengerti oleh siswa dibandingkan dengan metode menghafal, serta memberikan cara yang menyenangkan dalam belajar operasi perkalian di sekolah dasar tanpa perlu menghafalkan.

Konsep jarimatika adalah metode dalam pembelajaran matematika yang memanfaatkan jari tangan sebagai alat bantu untuk melakukan hitungan seperti penjumlahan, pengurangan, dan perkalian. Ini bertujuan agar siswa dapat menghitung dengan lebih cepat. Menghitung dengan jarimatika adalah metode alternatif untuk mengajarkan dasar penjumlahan matematika. Tujuannya adalah untuk menarik minat siswa agar lebih menyukai pelajaran matematika dengan cara belajar yang menyenangkan seperti bermain.

Konsep ini dihadirkan sebagai cara baru untuk memberikan pembelajaran yang menarik dan seru. Ini sangat bermanfaat bagi anak-anak di sekolah dasar, terutama bagi mereka yang kesulitan memahami cara penjumlahan secara tertulis. Metode ini tidak menghilangkan pemahaman siswa tentang operasi matematis yang sudah ada sebelumnya. Sebaliknya, dengan adanya jarimatika, siswa akan dibantu dalam melakukan perhitungan. Karena metode ini tidak mengandalkan hafalan, tetapi lebih fokus pada penggunaan jari sebagai alat bantu hitung, hal ini membuat belajar menjadi lebih menarik.

-Definisi Dan Prinsip Dasar Jarimatika

Jarimatika berasal dari kata "jari" dan "matika," yang berarti melakukan perhitungan dengan jari tangan sebagai alat bantu. Metode ini membantu siswa untuk lebih cepat memahami matematika dan juga meningkatkan minat mereka terhadap pelajaran ini, sehingga menghasilkan pembelajaran yang lebih baik. Prinsip Dasar Dasar dari jarimatika adalah menggunakan jari tangan untuk menghitung, seperti:

-1. Siswa diajarkan bahwa setiap jari tangan mewakili angka yang berbeda. Siswa perlu mengerti posisi jari untuk setiap angka. Contohnya, di tangan kanan, jari telunjuk mewakili angka 1, jari tengah 2, jari manis 3, jari kelingking 4, dan ibu jari 5. Untuk tangan kiri, jari-jari juga digunakan untuk angka puluhan dengan cara yang sama.

-2. Untuk penjumlahan, siswa bisa menggabungkan angka dari jari tangan kanan dan kiri. Misalnya, untuk menambahkan 2 dan 2, siswa bisa mengangkat jari telunjuk dan jari tengah (berarti 2), kemudian menambah jari manis dan kelingking, sehingga mendapatkan angka 4.

-3. Untuk pengurangan, ini adalah kebalikan dari penjumlahan. Dalam hal ini, saat menjumlahkan jari-jari tangan diangkat, tetapi untuk mengurangi jari-jari harus diturunkan. Contohnya, untuk mengurangi 4 dari 7, siswa bisa mengangkat 7 jari, lalu menurunkan 4 jari, sehingga hasilnya adalah 3.

-Pentingnya Ketrampilan Berhitung Sebagai Dasar Matematika.

Kemampuan menghitung sangatlah penting bagi anak-anak sejak mereka mulai belajar sampai mereka dewasa dan bahkan saat mereka tua. Menghitung dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Ini karena hampir semua yang terjadi di sekitar kita melibatkan perhitungan. Misalnya, saat anak membeli makanan di sekolah, mereka perlu menghitung untuk membayarnya.

Jadi, jika anak tidak bisa menghitung dengan baik, mereka akan menghadapi banyak kesulitan. Oleh sebab itu, penting bagi orang-orang terdekat anak untuk secara sadar mengajarkan dan melatih mereka menghitung sejak usia muda. Ini merupakan tanggung jawab keluarga untuk membantu perkembangan kemampuan berpikir anak. Menghitung adalah kemampuan yang sangat penting dalam aktivitas sehari-hari.

Menurut Laksonob (2020), kemampuan menghitung adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengingat dan melakukan tindakan seperti menjumlahkan dan mengurangi dengan hasil yang telah dipelajari sebelumnya. Selain itu, kemampuan ini juga membantu dalam menyelesaikan masalah dan diperlukan dalam berbagai jenis pekerjaan. Sebenarnya, belajar menghitung tidak sulit jika ada strategi dan metode yang cocok dengan cara belajar anak.

Selain itu, Afriani et al (2019) juga mengatakan bahwa kemampuan menghitung memerlukan pemikiran dan keterampilan dasar matematika yang digunakan untuk memahami dan menyelesaikan masalah matematika dengan cara yang praktis dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menghitung adalah keterampilan penting yang dimiliki setiap anak, yang berkaitan dengan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian yang sangat berguna dalam kehidupan mereka.

-Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Berhitung Siswa

Kemampuan menghitung dipengaruhi oleh banyak hal. Menurut Hayati dan teman-teman (2020), ada dua jenis faktor yang berpengaruh pada kemampuan berhitung, yaitu faktor dari dalam diri dan faktor dari luar. Faktor dari dalam berasal dari diri anak, termasuk aspek fisik dan kecerdasan serta lingkungan keluarga dan sekolah.

Sementara itu, faktor dari luar berkaitan dengan proses belajar mengajar yang bisa membuat kemampuan atau minat siswa dalam matematika menurun. Contohnya, jika cara mengajar kurang menarik, materi yang diajarkan tidak menarik, dan cara belajar yang monoton. Selain itu, menurut Kartikasari (2015), matematika sering dianggap sulit oleh siswa, diakibatkan oleh beberapa hal, seperti guru yang tidak mengaitkan pelajaran matematika dengan kehidupan sehari-hari dan tidak menggunakan sumber belajar di sekitar mereka.

 Nurmasari (2012) juga menyatakan bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan berhitung anak, termasuk faktor yang berasal dari luar dirinya. Faktor luar ini mencakup proses belajar mengajar yang bisa mempengaruhi kemampuan berhitung. Misalnya, jika cara mengajar guru monoton dan kurang menarik, siswa bisa kehilangan semangat.

Masalah utama dari rendahnya kemampuan berhitung adalah karena pengajaran matematika yang masih konvensional, yang hanya berfokus pada guru, sementara siswa tidak terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini menyebabkan siswa memiliki minat yang rendah terhadap matematika, yang pada gilirannya mempengaruhi pemahaman mereka.

Dari berbagai pandangan, bisa disimpulkan bahwa faktor yang berpengaruh pada kemampuan berhitung siswa adalah metode pengajaran guru yang kurang menarik dan minimnya variasi yang bisa menarik perhatian siswa untuk berlatih berhitung dengan metode jarimatika. Metode jarimatika ini dapat membuat proses belajar lebih menyenangkan sehingga siswa bisa belajar dengan cara yang lebih baik.

-Evaluasi Kegiatan Praktek Mengajar Jaritmatika Di Kelas 5:

-1. Informasi kegiatan : Praktek Mengajar jaritmatika, -2. Tanggal : 1 November 2024, -3. Lokasi : SD Negeri Jipang 02, -4. Jumlah siswa kelas 5 : 25 anak.

-Hasil observasi

Setelah melaksanakan kegiatan pengajaran di SD Negeri Jipang 02, sekitar 75% siswa terlibat aktif. Mereka secara bersemangat ikut serta dalam praktik jaritmatika di depan kelas dan berdiskusi baik dengan pengajar maupun teman-teman sekelas mereka.

Sementara itu, ada 25% siswa yang terlibat secara pasif, di mana mereka mengikuti kegiatan tetapi tidak berperan aktif dalam praktik jaritmatika. Mereka hanya menonton dan mendengarkan penjelasan serta demonstrasi dari pengajar. Dari total 25 siswa, sekitar 75% adalah peserta aktif dan 25% lagi adalah peserta pasif.

-Jumlah Siswa Aktif: 75% dari 25 siswa = 0,75 x 25 = 18,75 ≈ 19 siswa. Jumlah Siswa Pasif 25% dari 25 siswa = 0,25 x 25 = 6,25 ≈ 6 siswa.

Jadi, ada sekitar 19 siswa aktif dan 6 siswa pasif. Faktor utama yg mempengaruhi keterlibatan siswa dalam pembelajaran jaritmatika yaitu kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran matematika.

-Hasil Pelaksanaan Pengabdian Jarimatika Di SDN 2 Jipang

Program jarimatika di SDN 2 Jipang diadakan untuk membantu siswa berlatih menghitung dengan cepat menggunakan cara yang melibatkan jari. Berikut adalah beberapa hasil dari pembelajaran jarimatika:

-1. Kemampuan Menghitung dengan Cepat: Siswa bisa menyelesaikan soal penjumlahan dan perkalian sederhana lebih cepat dibandingkan dengan cara biasa.

-2. Minat Belajar yang Lebih Tinggi: Cara jarimatika yang melibatkan gerakan jari dan hafalan yang mudah sangat menarik bagi siswa. Sebanyak 90% siswa merasa cara ini lebih menyenangkan dibandingkan belajar matematika seperti biasanya.

-3. Keterlibatan dalam Kelas: Siswa yang biasanya tidak aktif mulai ikut berpartisipasi dalam pembelajaran, terutama saat bermain permainan interaktif menggunakan jarimatika.

-4. Proses Adaptasi: Beberapa siswa membutuhkan lebih banyak waktu untuk belajar metode gerakan jarimatika, terutama siswa yang kesulitan berkonsentrasi. Kegiatan jarimatika di SDN 2 Jipang berhasil membantu siswa dalam menghitung, terutama pada operasi hitung dasar.

Antusiasme dari siswa dan dukungan guru memainkan peran penting dalam keberhasilan program ini. Namun, ada kebutuhan untuk melakukan pendampingan lebih lanjut dan pelatihan bagi guru agar metode ini bisa digunakan secara terus-menerus.

-Pre Test Dan Pos Tes

Kegiatan mengajar jarimatika di SD Jipang 2 Sebelum melaksanakan pelatihan dan pengajaran jarimatika untuk kelas 5, telah dilakukan tes awal untuk siswa di SD Jipang 2. Ice breaking merupakan salah satu latihan yang dirancang untuk mengukur konsentrasi peserta didik.

Melalui ice breaking, siswa dapat merasa lebih antusias untuk memulai pelajaran, serta melatih fokus mental mereka. Salah satu contoh ice breaking yang dilakukan adalah ketika Marina menari di atas menara, yang memungkinkan peserta didik menguji ketajaman fokus mereka; semakin cepat mereka bergerak, semakin baik konsentrasi yang ditunjukkan. Setelah itu, ajarkan pada siswa tentang dasar-dasar jarimatika terlebih dahulu, dan terlihat bahwa beberapa siswa sudah memahami tingkatan dasar tersebut.

-1. Pre test

Kegiatan mengajar jarimatika di SD Jipang 2 Melalui pelatihan yang diberikan kepada siswa kelas 5, tes awal telah dilaksanakan untuk mengevaluasi pemahaman siswa di SD Jipang 2. Ice breaking digunakan sebagai metode untuk menyelidiki tingkat konsentrasi peserta didik. Dengan melakukan aktivitas ice breaking, siswa menjadi lebih bersemangat dalam belajar dan mengasah konsentrasi mereka.

Contoh dari ice breaking adalah ketika Marina melakukan tarian di atas menara, di mana siswa dapat menguji fokusnya; semakin cepat gerak mereka, semakin baik kemampuan fokus yang dimiliki. Setelah itu, penting untuk mengajarkan konsep dasar jarimatika sebelum menjelaskan lebih lanjut, dan beberapa siswa terbukti telah mengerti tingkat dasar jarimatika.

-2. Pos tes

Pada tahap akhir, kita bisa menilai hasil yang didapat peserta didik selama proses pembelajaran dan praktik jarimatika. Siswa mengerjakan beberapa soal yang disiapkan oleh mahasiswa dan melangkah ke depan guna melatih keberanian mental mereka. Hasil dari pengajaran jarimatika di SD Jipang 2 layak mendapatkan apresiasi, karena sebagian besar, sekitar 75 persen siswa, dapat memahami dan menerapkan jarimatika ini dengan baik.

-Analisis Efektivitas

Penerapan teknik jarimatika dalam kelas dapat meningkatkan semangat dan antusiasme siswa dalam proses belajar. Mereka melaporkan bahwa menghitung dengan jarimatika terasa lebih mudah. Ini sejalan dengan pendapat Husna (2017: 19) yang menyatakan bahwa pelatihan penggunaan metode jarimatika mendorong pengetahuan dan keterampilan siswa dalam dasar-dasar aritmatika, terutama dalam perkalian, berada pada tingkat yang cukup baik, dan kemampuan mereka dalam menerapkan metode ini juga menunjukkan hasil yang positif.

Nasution dan rekan-rekan (2016: 251) menambahkan bahwa penggunaan jarimatika membuat siswa menikmati pengalaman belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan lebih baik. Selain itu, Wulandari (2013: 11) menegaskan hal ini, berdasarkan penelitiannya yang menunjukkan bahwa guru menyadari bahwa penggunaan jarimatika membantu mereka dalam mengarahkan siswa untuk meningkatkan pemahaman, sikap, dan minat mereka terhadap matematika.

Berdasarkan umpan balik yang diterima dari peserta melalui kuesioner, mereka menyatakan merasa sangat terbantu dalam mengajarkan teknik berhitung, dapat dengan mudah menemukan hasil menggunakan jarimatika, dan tertarik untuk mengajarkan metode ini kepada siswa.

Peserta merasa mendapatkan dukungan dengan adanya alternatif baru dalam mengajarkan trik berhitung jarimatika kepada siswa, terutama pada operasi perkalian. Ini karena teknik ini mudah dipahami dan tidak membuat siswa harus menghafal perkalian dari 1 hingga 10, yang mana tidak semua siswa dapat menghafalnya dalam waktu singkat dan cenderung membuat mereka merasa terbebani sehingga menganggap matematika sulit dan membosankan.

Respon positif datang dari guru terhadap kegiatan ini, yang merasa terbantu dalam mengajarkan teknik berhitung, khususnya pada materi perkalian. Para guru dapat menerapkan hasil pelatihan jarimatika dengan efektif di dalam kelas.

Metode jarimatika lebih berfokus pada pemahaman konsep terlebih dahulu sebelum mengajarkan cara cepat, dan disampaikan dengan cara yang menyenangkan sehingga anak-anak merasa senang dan mudah menyerapnya. Teknik sepuluh jari atau jarimatika dapat digunakan oleh anak-anak mulai dari taman kanak-kanak hingga sekolah menengah dan untuk orang dewasa.

Namun, banyak sekolah yang masih menggunakan metode perhitungan tradisional dengan mencoret-coret kertas. Padahal, dengan menggunakan jarimatika, anak-anak akan lebih tertarik, terlatih, dan terampil dalam berhitung. Metode jarimatika tidak hanya fleksibel, tetapi juga tidak membebani memori anak dalam proses berhitung, dan menunjukkan tingkat keakuratan yang tinggi.

Penggunaan teknik sepuluh jari atau jarimatika berpengaruh pada kecepatan dan ketepatan dalam perhitungan. Penerapan metode ini di dalam pembelajaran matematika membuat proses belajar menjadi lebih menarik dan efektif, yang pada gilirannya meningkatkan minat siswa untuk belajar.

Selain itu, suasana pembelajaran menjadi lebih hidup, dan komunikasi antara guru dan siswa berlangsung dengan baik, yang pada akhirnya akan meningkatkan keterampilan siswa dalam operasi hitung. Oleh karena itu, berdasarkan analisis situasi yang disampaikan, penyuluh ingin meneliti bagaimana penerapan Metode Sepuluh Jari atau Jarimatika dalam pembelajaran matematika pada materi penjumlahan dan pengurangan.

Tujuannya adalah untuk memahami bagaimana metode sepuluh jari atau jarimatika diterapkan dalam pembelajaran matematika khususnya pada penjumlahan dan pengurangan. Manfaat yang diharapkan adalah siswa dapat menggunakan metode jarimatika sebagai alternatif dalam proses pembelajaran penjumlahan dan pengurangan matematika.

Kesimpulan: Metode jarimatika sangat bermanfaat untuk mendukung siswa meningkatkan kemampuan berhitung mereka, terutama dalam hal penjumlahan dan perkalian. Dengan memanfaatkan jari sebagai alat bantu, siswa dapat memahami matematika dengan cara yang lebih mudah, cepat, dan menyenangkan, yang mengurangi kesulitan yang sering muncul saat belajar.

Teknik ini tidak hanya memperbaiki kemampuan berhitung siswa, tetapi juga meningkatkan minat mereka untuk belajar matematika secara aktif. Dengan bantuan dari guru dan pelatihan yang sesuai, jarimatika bisa menjadi alat pengajaran yang inovatif dan berguna, yang menghubungkan pemahaman tentang konsep-konsep dasar matematika dan mendorong keterlibatan siswa yang lebih tinggi dalam proses pembelajaran.

Penerapan metode ini dalam pengajaran matematika dapat membentuk suasana kelas yang lebih hidup dan menyenangkan, serta membantu siswa dalam mengatasi tantangan yang mereka hadapi saat belajar matematika.

Kelompok Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Peradaban (UP) Bumiayu, Kabupaten Brebes: Ani Lestari, Ayu Dian Safitri, Elina Sadiah, Hani Kurniawati, Ines Dwi Anjani, Istighfari Dara Maulidia, Muhammad Nasrulloh, Nasywa Safani Maulidia, Piara Damar Milanis, Primara Ages Sulistia.

Tulisan dalam Kolom Opini ini adalah kiriman dari masyarakat. Segala tulisan bukan tanggung jawab Redaksi PanturaNews, tapi tanggung jawab penulisnya.

 
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.

Komentar Berita