PENDIDIKAN dasar memiliki peranan yang sangat penting dalam membangun kemampuan awal siswa, termasuk kemampuan berhitung yang menjadi landasan utama dalam mempelajari matematika. Matematika tidak hanya sebatas menghitung angka, tetapi juga berfungsi sebagai alat untuk melatih logika, kemampuan memecahkan masalah, dan mengambil keputusan.
Oleh karena itu, penguasaan konsep dasar matematika harus diperkenalkan sejak dini, terutama di jenjang sekolah dasar. Namun, pada kenyataannya, banyak siswa sekolah dasar yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep dasar berhitung. Kesulitan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti cara pengajaran yang kurang menarik, metode yang kurang sesuai, serta minimnya penggunaan media pembelajaran yang tepat.
H. A. S. Nasution (1992) menyatakan bahwa pendidikan harus memanusiakan individu dengan memberikan pengetahuan dan keterampilan yang relevan. Dalam konteks ini, pembelajaran matematika perlu dirancang agar siswa tidak hanya dapat melakukan perhitungan, tetapi juga memahami arti di balik angka-angka tersebut. Metode yang efektif dalam pengajaran matematika dapat membantu siswa lebih memahami konsep yang diajarkan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu metode inovatif yang dapat membantu meningkatkan kemampuan berhitung siswa adalah metode jarimatika. Jarimatika merupakan cara belajar matematika dengan menggunakan jari tangan sebagai alat bantu berhitung. Jarimatika merupakan kepanjangan dari (jari dan aritmatika) yaitu suatu cara belajar berhitung dengan memakai jari tangan sebagai alat untuk membantu ketika belajar (Jihan, et. Al, 2022).
Metode Jarimatika merupakan metode pembelajaran yang dikembangkan oleh Adi W. Gunawan, seorang ahli teknologi pikiran. Afriani et al. (2019) menjelaskan bahwa jarimatika dapat membantu anak-anak memahami operasi dasar aritmatika dengan lebih jelas, sehingga mereka tidak hanya menghafal, tetapi juga memahami konsep di balik perhitungan tersebut.
Metode ini sederhana tetapi sangat efektif karena mampu mengubah angka yang bersifat abstrak menjadi sesuatu yang lebih konkret dan mudah dipahami oleh siswa. Selain itu, penggunaan jari dalam metode ini memberikan pengalaman belajar yang lebih menarik, terutama bagi siswa yang cenderung memahami pelajaran melalui aktivitas fisik atau gerakan.
SD Negeri Kaligiri 02 merupakan salah satu sekolah dengan banyak siswa yang berasal dari latar belakang keluarga dengan tingkat ekonomi dan pendidikan yang beragam. Kondisi ini seringkali mempengaruhi kemampuan akademik siswa, termasuk kemampuan berhitung. Oleh sebab itu, diperlukan metode pembelajaran yang kreatif dan solutif untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Penerapan metode jarimatika di SD Negeri Kaligiri 02 oleh Kelompok 1 Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Peradaban (UP) Bumiayu, Kabupaten Brebes, menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan berhitung siswa.
Metode ini tidak hanya berfokus pada keterampilan berhitung, tetapi juga menciptakan suasana belajar yang lebih menyenangkan, sehingga mampu memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran.
Dengan menggunakan jari sebagai alat bantu, siswa dapat belajar berhitung dengan cara yang lebih interaktif dan tidak membosankan. Selain itu, metode ini fleksibel, karena dapat diterapkan baik secara individu maupun berkelompok, sehingga mudah disesuaikan dengan kebutuhan kelas.
Menurut Wulandani (2008:17) kelebihan dari jarimatika adalah:
-a) jarimatika memberikan visualisasi proses berhitung. Hal ini akan membuat anak mudah melakukannya, b) gerakan jari tangan akan menarik minat anak. Mungkin mereka menganggapnya lucu, yang jelas mereka akan melakukannya dengan gembira.
-c) jarimatika relatif tidak memberatkan memori otak saat digunakan, d) alatnya tidak perlu dibeli, tidak akan pernah ketinggalan atau terlupa dimana menyimpannya, e) tidak bisa disita saat ujian.
Metode Jarimatika memiliki ciri bahwa proses pembelajarannya sangat natural dan mudah karena menggunakan bantuan jari-jari, Melalui Penerapan metode jarimatika ini diharapkan proses pembelajaran dapat dilakukan dengan mudah, cepat, dan efektif bagi anak-anak tanpa stress penguasaan perkalian oleh siswa akan lebih ditingkatkan.
Pembelajaran jarimatika ini meningkatkan kemampuan berhitung siswa di sekolah dasar, sehingga dapat membantu siswa memahami konsep bilangan dan operasi matematika dengan cara yang menyenangkan dan interaktif. Selain itu, dalam proses pembelajaran menunjukkan bahwa penggunaan metode jarimatika dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar, serta mempercepat pemahaman mereka terhadap perkalian dan operasi dasar lainnya
Adapun keunggulan metode jarimatika diantaranya pembelajaran jarimatika melibatkan aktivitas fisik yang membuat siswa lebih terlibat dan antusias dalam belajar. Metode ini juga membantu siswa memahami konsep bilangan dan operasi matematika dengan cara yang lebih visual dan praktis serta siswa yang belajar dengan metode jarimatika cenderung lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
Implementasi Pembelajaran Jarimatika di Kelas:
Pembelajaran jarimatika di kelas SD dimulai dengan memperkenalkan konsep dasar bahwa jari dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menghitung. Guru menjelaskan bahwa metode ini sangat sederhana dan menyenangkan, serta cocok untuk membantu siswa memahami operasi hitung dasar seperti penjumlahan, pengurangan, dan perkalian.
Langkah pertama yang dilakukan adalah menunjukkan secara langsung bagaimana cara menggunakan jari untuk setiap operasi matematika. Dengan pendekatan visual dan interaktif ini, siswa dapat langsung melihat dan merasakan bagaimana metode jarimatika bekerja.
Pada tahap penjumlahan, guru memandu siswa untuk mengangkat jari sesuai angka yang akan dijumlahkan. Misalnya, untuk soal 5 + 3, siswa diminta mengangkat lima jari di tangan pertama, kemudian menambahkan tiga jari, dan menghitung jumlah total jari yang terangkat. Proses ini diajarkan secara perlahan agar siswa terbiasa menggunakan jari mereka untuk berhitung. Siswa juga dilatih untuk mengenali pola dalam penjumlahan, sehingga proses berhitung menjadi lebih cepat.
Untuk pengurangan, langkahnya sedikit berbeda. Guru meminta siswa mengangkat sejumlah jari sesuai angka awal. Misalnya, untuk soal 7 - 4, siswa mengangkat tujuh jari terlebih dahulu. Kemudian, mereka diminta menurunkan empat jari dari jumlah tersebut, dan menghitung sisa jari yang masih terangkat. Metode ini membantu siswa memahami konsep pengurangan secara konkret, karena mereka langsung melihat jumlah yang "berkurang" dari jari mereka.
Ketika masuk ke tahap perkalian, terutama untuk angka 6 hingga 10, guru memperkenalkan teknik melipat jari. Misalnya, pada soal 7 × 8, siswa melipat jari ketujuh di tangan kanan dan jari kedelapan di tangan kiri. Jari yang terlipat dihitung sebagai puluhan (20 + 30 = 50), sedangkan jari yang tidak terlipat dihitung sebagai satuan (3 × 2 = 6). Hasil akhirnya adalah penjumlahan dari kedua nilai tersebut, yaitu 56. Teknik ini mungkin terlihat lebih kompleks, tetapi dengan bimbingan yang konsisten, siswa dapat memahami dan menguasainya dengan mudah.
Setelah setiap operasi dijelaskan, guru melibatkan siswa dalam latihan bersama. Guru memberikan contoh soal dan memandu siswa menyelesaikannya secara kolektif, memastikan semua siswa mengikuti prosesnya dengan baik. Setelah itu, siswa diberikan soal mandiri untuk menguji pemahaman mereka secara individu. Guru juga memanfaatkan waktu ini untuk memberikan umpan balik langsung, memperbaiki kesalahan, dan memberikan penjelasan tambahan jika diperlukan.
Proses pembelajaran selanjutnya ditutup dengan permainan interaktif yang menggunakan metode jarimatika. Permainan ini bertujuan untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sekaligus memperkuat kemampuan siswa dalam berhitung.
Selain itu, guru mengadakan sesi diskusi untuk merefleksikan hasil belajar, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, dan memastikan tidak ada materi yang belum dipahami. Sebagai langkah akhir, guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal agar siswa dapat terus melatih keterampilan mereka di rumah.
Dengan metode jarimatika, siswa tidak hanya belajar berhitung, tetapi juga meningkatkan rasa percaya diri dalam menghadapi pelajaran matematika. Pendekatan ini memungkinkan siswa belajar secara konkret dan interaktif, membuat mereka lebih antusias dan bersemangat serta siswa dapat lebih mudah memahami konsep matematika dasar dan meningkatkan keaktifan mereka dalam belajar.
Kelompok 1 Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Peradaban (UP) Bumiayu, Kabupaten Brebes: Muh. Achsan Tudhonny, Pandu Apriyanto, Leni Safitri, Sulis Susilawati, Riski wandira, Aminah Tunjungningsih, Fadhila Amalia, Fadilah Umamah, Diajeng Ayu Puspita, Fira Putri.