Kamis, 21/11/2024, 09:45:53
Peran Pendidik Dalam Mendukung Kebijakan Implementasi Kurikulum Merdeka di Sekolah
OLEH TASIA DWI AGUSTIN
.

SEKARANG pendidikan di Indonesia sedang hangat dibicarakan karena penerapan Kurikulum Merdeka. Apa sebenarnya makna dari kurikulum merdeka? Dalam Platform Merdeka Mengajar dijelaskan bahwa munculnya konsep Kurikulum Merdeka bersumber dari hasil PISA (Programme for International Student Assessment).

Hasilnya menunjukkan bahwa 70% peserta didik usia 15 tahun memiliki kemampuan di bawah standar dalam pemahaman bacaan sederhana atau penerapan matematika dasar. Skor PISA ini tidak mengalami peningkatan yang signifikan dalam 10 hingga 15 tahun terakhir.

Kurikulum merdeka sedang dikembangkan untuk menjadi lebih fleksibel, sambil tetap memusatkan perhatian pada materi pokok serta perkembangan karakter dan kompetensi peserta didik. Dalam kurikulum merdeka, terdapat tiga tipe kegiatan yang harus diperhatikan: pembelajaran intrakurikuler, pembelajaran kokurikuler, dan pembelajaran ekstrakurikuler.

Pembelajaran intrakurikuler dilakukan secara terdiferensiasi, memberikan kesempatan yang cukup bagi peserta didik untuk lebih memahami konsep dan meningkatkan kompetensi. Hal ini memberikan kebebasan kepada pendidik untuk memilih perangkat ajar yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik.

Pembelajaran kokurikuler, seperti Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, menerapkan prinsip pembelajaran interdisipliner yang fokus pada pengembangan karakter dan kompetensi umum. Pembelajaran ekstrakurikuler diselenggarakan berdasarkan minat siswa dan sumber daya sekolah.

Kurikulum Merdeka merupakan sebuah kebijakan pendidikan yang bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada sekolah dan guru, dalam mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan konteks lokal.

Menurut Novak (2020), Kurikulum Merdeka menekankan pada pendekatan pembelajaran yang responsif, inklusif, dan berpusat pada siswa. Kurikulum ini dirancang untuk membantu siswa mengembangkan kompetensi-kompetensi abad ke-21 seperti pemecahan masalah, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi. Implementasi Kurikulum Merdeka melibatkan berbagai komponen yang saling terkait.

Menurut Haryanto (2019), keberhasilan implementasi Kurikulum Merdeka sangat bergantung pada peran aktif guru sebagai fasilitator pembelajaran yang mampu memfasilitasi siswa dalam mengembangkan keterampilan, pengetahuan, dan sikap. Selain itu, Widodo et al. (2021) menyebutkan bahwa program Sekolah Penggerak juga menjadi bagian penting dari implementasi Kurikulum Merdeka.

Program ini bertujuan untuk menjadi model atau pusat keunggulan dalam implementasi Kurikulum Merdeka dan memberikan inspirasi serta bimbingan kepada sekolah lainnya. Dalam hal struktur kurikulum, Kurikulum Merdeka memiliki kecenderungan untuk mengintegrasikan berbagai mata pelajaran dan memadukan pembelajaran antardisiplin.

Menurut Kemdikbud (2020), struktur kurikulum ini dirancang untuk memberikan fleksibilitas bagi sekolah dalam menentukan konten pembelajaran yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan siswa.

Dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka guru memiliki peran penting yang menitikberatkan pada kemandirian dan fleksibilitas dalam proses belajar. Mereka bertanggung jawab untuk merancang pembelajaran yang berfokus pada pengembangan kompetensi siswa, seperti kemampuan berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif.

Dalam Kurikulum Merdeka, guru juga berperan sebagai fasilitator, membimbing siswa dalam eksplorasi mandiri sesuai minat dan bakat mereka. Guru perlu meningkatkan kompetensinya melalui pelatihan agar mampu menerapkan strategi pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan siswa. Selain itu, guru diharapkan mampu menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan kondusif untuk semua peserta didik.

Dengan kebebasan menentukan metode dan materi ajar, guru dapat menyesuaikan pembelajaran agar lebih kontekstual dan sesuai dengan situasi lokal. Evaluasi yang dilakukan guru juga perlu lebih menekankan pada proses, bukan hanya hasil akhir. Untuk mendukung Kurikulum Merdeka, kolaborasi antara guru, orang tua, dan komunitas sangat penting. Melalui peran ini, guru tidak hanya mendidik, tetapi juga membentuk karakter dan keterampilan hidup siswa agar siap menghadapi tantangan masa depan.

Sebagai penutup, peran guru dalam mendukung kebijakan Kurikulum Merdeka sangatlah penting dan strategis. Guru bukan hanya penyampai materi, tetapi juga fasilitator yang mendukung siswa dalam menemukan potensi dan minat mereka.

Dengan pendekatan yang lebih fleksibel dan kontekstual, guru dapat menciptakan pembelajaran yang relevan dengan kehidupan nyata, sehingga siswa lebih siap menghadapi tantangan di masa depan. Namun, keberhasilan implementasi kurikulum ini juga bergantung pada dukungan dari berbagai pihak, termasuk sekolah, orang tua, dan pemerintah.

Guru memerlukan pelatihan berkelanjutan untuk memastikan mereka siap menghadapi perubahan kurikulum dan tantangan di lapangan. Selain itu, peran guru dalam menciptakan suasana kelas yang inklusif sangat penting untuk memastikan semua siswa merasa dihargai dan termotivasi.

Dengan dedikasi yang tinggi dan dukungan yang memadai, guru dapat membantu mewujudkan tujuan utama Kurikulum Merdeka, yaitu menciptakan generasi yang mandiri, kreatif, dan berdaya saing. Pada akhirnya, keberhasilan kurikulum ini adalah keberhasilan bersama yang berdampak pada masa depan pendidikan Indonesia..

Tulisan dalam Kolom Opini ini adalah kiriman dari masyarakat. Segala tulisan bukan tanggung jawab Redaksi PanturaNews, tapi tanggung jawab penulisnya.

 
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.

Komentar Berita