PENGEMBANGAN kurikulum merupakan salah satu alat untuk meningkatkan mutu Pendidikan. Berdasarkan Undang-Undang (UU) No.20 tahun (2003) “kurikulum ialah seperangkat rencana pembelajaran yang berkaitan dengan tujuan, isi, bahan ajar dan cara yang diimplementasikan dan dijadikan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran.
Kurikulum Merdeka Belajar merupakan sebuah inovasi pendidikan yang bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada peserta didik dalam memilih, mengakses, dan mengembangkan pembelajaran sesuai minat, bakat, dan potensi mereka. Konsep ini diusung dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan diri secara holistik, kreatif, dan mandiri sesuai dengan perkembangan zaman.
Dalam Kurikulum Merdeka Belajar, peserta didik memiliki kebebasan untuk menentukan jalur belajar mereka, baik dalam memilih mata pelajaran, metode pembelajaran, maupun lokasi pembelajaran. Mereka dapat memilih mata pelajaran yang sesuai dengan minat mereka dan memperdalam pengetahuan serta keterampilan di bidang yang diminati.
Selain itu, peserta didik juga diberikan fleksibilitas untuk belajar di luar kelas, seperti melalui magang, partisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler, atau memanfaatkan sumber belajar digital.
Konsep Kurikulum Merdeka Belajar juga mencakup pembelajaran sepanjang hayat, yang mengedepankan pengembangan keterampilan yang relevan dengan dunia kerja. Peserta didik diarahkan untuk mengembangkan kompetensi yang dibutuhkan di era digital, seperti literasi digital, pemecahan masalah, kolaborasi, dan kreativitas. Dengan demikian, Kurikulum Merdeka Belajar diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang siap menghadapi tantangan di dunia nyata.
Selain memberikan kebebasan kepada peserta didik, Kurikulum Merdeka Belajar juga mendorong peran aktif guru sebagai fasilitator pembelajaran. Guru bukan hanya menjadi pemberi pengetahuan, tetapi juga membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan mandiri, berpikir kritis, dan mengasah keterampilan mereka.
Guru juga berperan dalam memberikan arahan, memfasilitasi diskusi, serta memberikan umpan balik yang membangun bagi peserta didik. Namun, perlu diingat bahwa implementasi Kurikulum Merdeka Belajar tidak terlepas dari tantangan. Dibutuhkan peran aktif seluruh stakeholder pendidikan, termasuk pemerintah, sekolah, guru, orang tua, dan peserta didik sendiri, untuk mewujudkan visi ini.
Dalam rangka memaksimalkan potensi Kurikulum Merdeka Belajar, diperlukan pula peran teknologi. Namun, keberhasilan implementasi Kurikulum Merdeka Belajar tidak hanya bergantung pada kebijakan itu sendiri, tetapi juga efektivitas peran guru dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka. Guru memiliki peran krusial dalam memfasilitasi dan membimbing siswa dalam proses pembelajaran.
Mereka diharapkan mampu menciptakan pengalaman pembelajaran yang menarik, mendukung, dan menginspirasi siswa.Kurikulum berkualitas memiliki indikator, yang menunjukkan bahwa guru juga harus menerapkan ke efektifan kurikulum dalam pembelajaran di sekolah (Ihsan, M 2022) Di Indonesia, salah satu upaya terbaru untuk memperbarui sistem pendidikan adalah dengan meluncurkan Kurikulum Merdeka Belajar.
Pembahasan mengenai implementasi Kurikulum Merdeka :
-1. Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning). Pembelajaran berbasis proyek merupakan metode utama dalam Kurikulum Merdeka. Melalui pendekatan ini, siswa diajak untuk terlibat dalam proyek-proyek nyata yang relevan dengan kehidupan mereka. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan keterampilan kritis, kolaboratif, dan kreatif siswa, serta memberikan kesempatan untuk belajar melalui pengalaman langsung.
-2. Profil Pelajar Pancasila merupakan bentuk penerjemahan tujuan pendidikan nasional. Profil Pelajar Pancasila berperan sebagai referensi utama yang mengarahkan kebijakan-kebijakan pendidikan termasuk menjadi acuan untuk para pendidik dalam membangun karakter serta kompetensi peserta didik.
Pelajar Pancasila merupakan perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Secara lebih mendetail, karakter Pelajar Pancasila dijabarkan dalam Profil Pelajar Pancasila yang terdiri dari 6 dimensi berikut:
-1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia.
Elemen: Pelajar Pancasila diharapkan memiliki iman dan takwa yang kuat serta menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan etika. Mereka harus mampu menjalankan ajaran agama dengan baik dan memiliki akhlak yang mulia dalam kehidupan sehari-hari, seperti jujur, amanah, dan penuh kasih sayang kepada sesama.
-2. Berkebinekaan global.
Elemen: Meskipun mengusung wawasan global, pelajar Pancasila harus tetap menjaga dan mencintai tanah airnya, Indonesia. Mereka harus dapat melihat dunia dari berbagai perspektif internasional, tetapi tetap berpijak pada identitas dan budaya bangsa Indonesia.
-3. Bergotong royong.
Elemen: Gotong royong adalah salah satu nilai utama dalam Pancasila yang mencerminkan semangat bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Pelajar diharapkan dapat bekerjasama dengan teman, menghargai perbedaan, dan peduli terhadap kesejahteraan orang lain, baik di tingkat keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
-4. Mandiri
Elemen: Pelajar Pancasila harus memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan negara. Mereka diharapkan dapat mengambil keputusan yang tepat, bekerja keras, serta memiliki kemandirian dalam menyelesaikan masalah.
-5. Bernalar kritis
Elemen: Pelajar Pancasila harus mampu berpikir kritis, kreatif, dan inovatif. Mereka diharapkan dapat memecahkan masalah dengan pendekatan yang logis dan berbasis data. Selain itu, mereka juga harus memiliki kemampuan untuk belajar secara mandiri.
-3. Perubahan Jam Pelajaran: Alokasi waktu pada Kurikulum Merdeka di SD masih sama dengan Kurikulum 2013, hanya saja pembelajarannya tidak hanya untuk intrakurikuler tetapi juga proyek penguatan profil pelajar Pancasila.
Perbedaannya juga terletak padapengorganisasian penetapan jam pelajarannya (JP). Pada Kurikulum Merdeka, Kemdikbudristek hanya menentukan jumlah JP per tahun, sedangkan pengorganisasian JP per minggunya diserahkan ke sekolah. Penekanan Kurikulum Merdeka adalah pada tercapainya Capaian Pembelajaran (CP) pada tiap 5. Muatan Lokal
Muatan lokal pada Kurikulum Merdeka dikelola secara fleksibel oleh satuan pendidikan. Satuan pendidikan dapat menambahkan muatan lokal yang ditetapkan oleh pemerintah daerah sesuai dengan karakteristik daerahnya.
Muatan tambahan juga dapat ditambahkan oleh satuan pendidik melalui 3 pilihan, antara lain; 1) mengintegrasikan ke dalam mata pelajaran lain, 2) mengintegrasikan ke dalam tema proyek penguatan profil pelajar Pancasila, dan/atau, 3) mengembangkan mata pelajaran yang berdiri sendiri.
6. Capaian Pembelajaran (CP): Capaian Pembelajaran merupakan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang disusun sebagai satu kesatuan proses berkelanjutan yang membangun kompetensi secara utuh dari suatu mata pelajaran (Kemendikbudristek, 2021b, p. 39).
Tiga ranah kompetensi seperti sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebelumnya muncul dalam kurikulum 2013 yang diwujudkan secara berimbang (Nurholis et al., 2022). Capaian pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka memuat sekumpulan kompetensi dan lingkup materi yang disusun secara menyeluruh dan mendalam dalam bentuk narasi (Sufyadi et al., 2021, p. 17).
Adapun, capaian pembelajaran bukan menjadi pengganti dari Standar Kompetensi Kelulusan (SKL), namun memiliki kedudukan setara dengan KI dan KD dalam Kurikulum 2013 (Kemendikbudristek, 2021b).
-7. Platform Merdeka Mengajar: Platform merdeka mengajar merupakan platform edukasi untuk mendukung guru dalam meningkatkan kompetensi dan menyajikan pembelajaran berdasarkan Kurikulum Merdeka (Kemendikbudristek, 2021b, p. 48).
Tujuan peluncuran platform ini adalah untuk membantu para guru mengajar sesuai dengan kemampuan peserta didik; menyediakan latihan untuk meningkatkan kompetensi; serta berkarya dan menginspirasi rekan sejawat (Siaran Pers Kemendikbudristek, 2022).
Peran seorang pendidik atau guru dalam mengimplemtasikan kurikukulum merdeka membutuhkan untuk masa depan, peran dan tanggung jawab pendidik juga akan berubah sesuai dengan bagaimana perkembangan saat ini terjadi, perkembangan yang berkelanjutan terjadi ilmu pengetahuan dan pengembangan yang masih ada dalam teknologi (Amelia, dkk. 2023).
Tentunya jika diperhatikan lebih dalam, ada banyak hal yang dapat mempengaruhi efektivitas belajar mengajar. Namun faktor yang dominan disini adalah pendidik, dimana guru adalah seorang pendidik dan aktif berkomunikasi dengan siswa di kelas. Dan itu sesuai dengan salah satu dari sekian banyak peran seorang pendidik, yaitu menjadi fasilitator bagi peserta didik sekaligus sebagai pusat ilmu.
Dalam hal ini belajar melalui guru yaitu pelatih dapat menimbulkan kesenangan atau sebaliknya. Kelas yang menarik tentu menarik perhatian dan antusiasme siswa, namun guru di zaman modern ini sebagai pusat informasi telah berhasil menjadikan guru tidak hanya sebagai sumber informasi, melainkan sumber informasi bagi siswa.