Judul Novel: HELLO. Penulis: Tere Liye. Penerbit: PT Sabak Grip Nusantara. Tahun: 2023. Genre: Romance. Tebal: 320 Hlm; 20 cm. ISBN: 978-623-88296-82
NOVEL ini berisi 320 halaman dengan desain cover mengkilap dan timbul, membuat aksen cover sangat menarik untuk dilihat. Pada cover ini juga memuat gambar rumah dan dedaunan serta warna hijau yang cerah, sehingga membuat siapa saja pecinta novel akan tertarik membacanya.
Novel ini mengenalkan satu orang karakter yang bernama ana. Ana adalah seorang gadis cantik bertubuh tinggi, bekerja sebagai tukang bangunan. Dalam ceritanya, ana menceritakan tentang kisah salah satu kliennya.
Suatu hari Ana bertemu dengan klien baru, klien tersebut meminta ana untuk merenovasi rumahnya. Saat itu Ana melihat bangunan tambahan yang ada dibelakang rumah, lalu bertanya apakah boleh jika bangunan ini dirobohkan?
Klien atau yang bernama Hesty tidak setuju akan usul itu, alasannya karena bangunan itu sangat penting bagi Hesty, yakni bangunan yang meninggalkan banyak sekali kenangan. Hesty memutuskan untuk bercerita pada Ana tentang sebuah bangunan itu, agar Ana kemudian bisa merenovasi seluruh rumah ini dengan cara terbaiknya.
Klien atau yang bernama Hesty tidak setuju akan usul itu, alasannya karena bangunan itu sangat penting bagi Hesty yakni bangunan yang meninggalkan banyak sekali kenangan. Hesty memutuskan untuk bercerita pada Ana tentang sebuah bangunan itu, agar Ana kemudian bisa merenovasi seluruh rumah ini dengan cara terbaiknya.
Dulu rumah ini hidup satu keluarga. Pada tahun 1975, istri dari ruan rumah tersebut sedang hamil dan akan melahirkan. Pada saat istrinya akan melahirkan, ada juga yang akan melahirkan di satu keluarga tersebut. Satu orang melahirkan dirumah sakit terbaik dan satu lagi melahirkan dirumah tepatnya dibagian paling belakang rumah, disebuah bangunan tambahan untuk pembantu.
Dua bayi tumbuh bersamaan di bangunan rumah tersebut. Dua bayi itu adalah Hesty dan Tigor. Hesty adalah anak dari Raden Wijaya, sang tuan rumah sedangkan Tigor anak dari Bi Ida dan Mang Deni, sang pembantu di rumah besar milik Raden Wijaya.
Hesty dan Tigor tumbuh bersama dengan sangat akrab satu sama lain. Mereka mengalami masa kanak-kanank hingga remaja Bersama. Tetapi saat duduk di bangku sekolah kelas 9 mereka terpaksa berpisah karena suatu kesalahan Hesty yang menyebabkan Raden Wijaya atau Ayahnya dipindahkan pekerjaannya. Sehingga mereka satu keluarga harus berpindah tempat tinggal.
Dalam hubungan jarak jauh ini, seluruh saluran telepon rumah lamanya telah ditutup oleh Raden Wijaya. Sehingga mereka mencari banyak cara agar bisa menghubungi satu sama lain. Mereka hanya bisa menghubungi menggunakan sepucuk surat yang dikirim lewat kantor pos setiap 14 hari sekali.
Saat beranjak ke masa SMA, Ayah Hesty memperoleh kenaikan pangkat yakni menjadi Menteri oleh Presiden. Kemudian mereka memutuskan untuk berpindah ke rumah dengan palem lamanya. Kedekatan Hesty dan Tigor terus meninggi hingga jenjang Perguruan Tinggi.
Suatu saat, terjadi kesalahpahaman antara Hesty dengan Tigor. Dari kejadian itu, Tigor kembali menghilang dari kehidupan Hesty. Kali ini di sempat mencium dan meminta maaf atas segala salah yang diperbuat kepada orang tuanya. Boleh jadi Tigor tidak akan kembali pulang, bahkan saat mendengar kabar mereka telah meinggal.
Dan diakhir cerita pada novel ini ada plot twist yang sangat mengejutkan. Dengan sepenggal kata-kata manis yang penuh akan kerinduan tertian di blurb, kita dengan mudah dibuat penasaran oleh sepotong kisah yang tersembunyi dibaliknya.
Raden Wijaya adalah keturunan ningrat, darah biru. Dari silsilah yang kuat, omong-omong istilah darah biru ini juga unik. Darah maksudnya keturunan, sesuatu yang mengalir dari orangtua kita sedangkan biru maksudnya warna langit, nun jauh di atas sana.
Darah biru itu berarti keturunan bangsawan, orang-orang dengan derajat yang lebih tinggi, beda dengan rakyat jelata. Tapi darah mereka sih tetap berwarna merah. (Hal. 87)
“Family Lime yang dimaksud ana adalah jadwal menelpon Om Gorbacher, satu-satunya keluarga yang dia miliki, karena kedua orang tuanya telah meninggal.” (Hal. 157)
“Aku tidak akan menyerah, Tigor. Tidak akan” (Hal. 190)
"Aku tidak akan menyerah, Tigor. Tidak akan" (Hal. 190)
Kalimat ini sangat menarik karena ini membuktikan betapa besarnya usaha dua insan yang sedang diuji dalam hal hubungan.
Dalam novel ini menceritakan banyak sekali kisah yang sangat menarik, mengandung banyak plot twist yang sangat mengejutkan pembaca. Dua insan yang selalu bersama dari kecil hingga harus diuji dengan banyak sekali cobaan, sampai akhirnya berapa kali merasakan perpisahan dan disatukan kembali oleh takdir dan perasaan.
Gaya bahasa yang digunakan dalam novel ini yakni mengalir sesuai alurnya, tidak bertele-tele dan tidak membosankan begitu juga dengan penggambaran latar tempatnya yang detail.
Adapun pesan moral dari novel ini, kita diingatkan kembali dengan pentingnya komunikasi, usaha dan rasa ikhlas yang terkadang membuat terasa sangat mustahil untuk kita gapai. Tetapi itu bisa menjadi cambuk pengingat kita agar tetap berkembang, walaupun prosesnya begitu lebih berat dari usaha, yakni melepaskan dan mengikhlaskan setelah berjuan lebih keras.