PanturaNews (Brebes) - SMK Ma’arif NU Paguyangan, Kabupaten Brebes, menggelar kegiatan sosialisasi Pemantapan Ideologi Pancasila dan Penguatan Semangat Bela Negara, Rabu 18 September 2024.
Acara yang dihadiri oleh para siswa-siswi sekolah setempat, diisi oleh narasumber dari berbagai kalangan. Termasuk mantan narapidana teroris (napiter) yang berbagi pengalaman hidup mereka untuk memberikan pelajaran bagi para peserta.
Kegiatan ini dipandu oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Brebes, yang diwakili oleh Plt. Kabid Kesatuan Bangsa, Sunoto Mardi Siswoyo, dan Analis Kebijakan Ahli Muda, Abdul Haris.
Narasumber lainnya, yaitu Wartoyo dan Eko Hermanda (mantan napiter) yang tergabung dalam Paguyuban Podomoro serta Kustoro WHY (Alumni Lemhanas RI) juga turut serta memandu jalannya acara yang disambut dengan antusias oleh para siswa-siswi SMK Ma’arif NU Paguyangan.
Kepala sekolah SMK Ma’arif NU Paguyangan, Mardiyanto, dalam sambutannya menyatakan rasa terima kasih atas kehadiran tamu dari Badan Kesbangpol.
Ia menekankan pentingnya kegiatan ini dalam memperkuat pemahaman siswa terhadap Pancasila serta semangat bela negara.
"Kami berharap kegiatan ini dapat memberi manfaat kepada siswa-siswi dan mereka semakin teguh dalam mengamalkan Pancasila," ujarnya.
Plt. Kabid Kesatuan Bangsa, Sunoto Mardi Siswoyo, menegaskan,. pentingnya menangkal radikalisme, terutama di kalangan remaja.
Ia menyebutkan bahwa tanda-tanda radikalisme bisa muncul dari hal-hal sederhana seperti tidak menaati aturan sekolah.
"Kita bawa narasumber yang berpengalaman agar kalian bisa belajar dari mereka dan membagikan ilmu ini kepada teman-teman yang tidak hadir," katanya.
Wartoyo, yang dulunya terlibat dalam radikalisme, mengisahkan bagaimana ia terjerumus dalam tindakan terorisme akibat salah memilih pergaulan.
"Saya tersesat karena salah memilih guru dan teman. Penting bagi kalian untuk selalu berhati-hati dalam bergaul dan memilih tempat belajar agama," ungkapnya.
Ia juga menegaskan bahwa terorisme dimulai dengan mengubah cara berpikir seseorang.
Eko Hermanda, mantan napiter lainnya, menceritakan, bagaimana ia terseret dalam jaringan terorisme akibat pengaruh media sosial dan ajaran agama yang salah.
Ia mengingatkan siswa agar berhati-hati dalam menggunakan media sosial dan tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang menyesatkan.
"Bijaklah dalam bermain media sosial, karena salah langkah bisa menghancurkan masa depan kalian," pesannya.
Sementara, Alumni Lemhanas RI, Kustoro, dalam memberikan materinya membahas pentingnya pemantapan ideologi Pancasila serta ancaman yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini di tengah tantangan global.
"Pancasila adalah dasar negara yang harus kita pegang teguh. Tantangan pelajar saat ini adalah pengaruh negatif seperti narkoba, seks bebas, dan tawuran," tuturnya.