DEBAT Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) ibarat ngopi, di mana setiap teguk berisi rasa pahit dan manis politik yang saling berbaur. Mari kita coba memahami kesejajaran antara keduanya:
-1. Persiapan dan Pemilihan Bahan:
Ngopi: Memilih biji kopi berkualitas dan persiapan yang teliti, adalah kunci sebuah kopi nikmat.
Debat: Persiapan calon untuk menyajikan argumen yang kuat dan memilih isu-isu penting adalah langkah awal menuju debat yang informatif.
-2. Berpikir Kritis dan Rasional:
Ngopi: Menilai cita rasa kopi dengan kepekaan dan rasionalitas.
Debat: Pemilih harus berpikir kritis dan rasional saat menilai argumen para calon untuk membuat keputusan yang tepat.
-3. Saling Menyindir dan Persaingan:
Ngopi: Seringkali ada diskusi antara peminum kopi tentang biji yang lebih baik atau cara penyeduhan yang benar.
Debat: Calon dapat saling menyindir atau bersaing untuk menunjukkan argumen atau rekam jejak yang lebih baik.
-4. Atmosfer dan Etika:
Ngopi: Menikmati suasana nyaman kafe dengan etika minum yang menyenangkan.
Debat: Debat seharusnya menciptakan atmosfer yang etis, di mana calon dapat menyampaikan pandangan mereka dengan penuh hormat.
-5. Menciptakan Ekspektasi:
Ngopi: Menciptakan ekspektasi terhadap cita rasa kopi yang akan dinikmati.
Debat: Para calon menciptakan ekspektasi tentang kebijakan dan visi mereka untuk masa depan negara.
-6. Keputusan yang Sulit:
Ngopi: Memilih antara kopi hitam, kopi susu, atau kopi spesial bisa sulit.
Debat: Pemilih dihadapkan pada keputusan sulit untuk memilih calon yang paling sesuai dengan nilai dan harapan mereka.
Dalam kedua kasus, rasa pahit dan manisnya terasa seiring waktu. Penting untuk menciptakan proses yang adil dan transparan, sehingga hasilnya pun bisa dinikmati oleh semua pihak, meski dalam politik, hasilnya bisa memiliki dampak jangka panjang yang signifikan
(Takwo Heriyanto adalah pemerhati social politik, jurnalis senior, tinggal di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah)