Wakil Ketua Komisi X Abdul Fikri Faqih,
PanturaNews (Tegal) - Seiring berkembangnya teknologi, kebudayaan Indonesia dianggap sebelah mata. Padahal budaya itu investasi yang jika dikembangkan akan mendapat kemanfaatan. Hal itu dikatakan Wakil Ketua Komisi X Abdul Fikri Faqih, usai membuka diskusi dan pentas kebudayaan di Hotel Bahari Inn, Kota Tegal, Sabtu 21 Oktober 2023.
Menurutnya, budaya Indonesia yang adiluhung itu butuh suport dari baik pemerintah provinsi, kabupaten maupun kota. Dan bisa menggunakan dana abadi kebudayaan.
"Karena budaya bukan pilihan lho, budaya ini urusan wajib," tegas Wakil Ketua Komisi X Abdul Fikri Faqih, usai membuka diskusi dan pentas kebudayaan di Kota Tegal, Sabtu 21 Oktober 2023.
Menurut Fikri Faqih, selama ini budaya masih dianggap membebani. Sehingga anggaran masih kecil.
Faktanya, destinasi wisata saja misalnya, pasti ada ekonomi kreatif dan budaya. Kalau tidak ada maka destinasi tidak ada apa-apa,"katanya.
Akan tetapi, kata Fikri, faktanya sering mengabaikannya. Baik dari sisi perlindungan, konservasi maupun pemanfaatan.
Karena esensi budaya adalah inovasi, karenanya, hal itu perlu dilakukan. Seperti misalnya, wayang itu ditampilkan dengan digitalisasi," tandasnya.
Fikri menegaskan, budaya sebenarnya bisa ramah dengan media. Karenanya, yang perlu dilakukan pemerintah saat ini adalah mengubah image-nya dari beban menjadi investasi.
Kepala Badan Media (BMK) Kebudayaan Retno Raswaty mengungkapkan sebagai bentuk upaya pengembangan budaya, saat ini ada dana abadi yang disebut Indonesiana. Anggaran itu, bisa dimanfaatkan para pelaku penggiat budaya.
Ini bisa diakses siapa saja. Kalau besarannya itu tergantung jenisnya yang diajukan,"tandasnya.
Selanjutnya, Retno menyampaikan apresiasi dukungan dari Komisi X DPR RI. Karena anggaran yang besar bisa dikucurkan untuk mendukung kegiatan itu.
"Kegiatan kni adalah satu moment komunitas budaya bisa bergerak agar budaya bisa adaptif dengan tekhnologi. Sehingga bisa berkembang," ujarnya.
Budayawan Tegal, Atmo Tan Sidik menambahkan, budaya itu butuh media agar sampai ke masyarakat luas.
Atmo mencontohkan, dalang Ki Enthus Susmono (alm), dalang kampung yang kemudian terkenal sampai manca negara karena media. Film Turah (bahasa Tegalan), menjuarai lomba film internasional juga karena ada media yang menyampaikan. Termasuk film Butik (brebesan), bisa terkenal juga media.
"Intinya apapun jika ingin dikenal masyarakat luas, pastinya butuh media yang menyampaikan," tegas Atmo