MATEMATIKA mempunyai ciri khas yang berkaitan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersususn secara hirarkis. Matematika merupakan ilmu dasar yang harus dikuasai oleh peserta didik karena matematika tidak bisa lepas dari kehidupan dan matematika selalu berkaitan dengan perkembangan ilmu lainnya.
Oleh karena itu, matematika diajarkan dari jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini sejalan dengan pendapat Rosmaiyadi, (2017) yang menyatakan bahwa peserta didik mulai dari Sekolah Dasar (SD) perlu diberikan mata pelajaran matematika sebagai bekal peserta didik untuk dapat berpikir logis, analitis, kritis, inovatif dan kreatif terhadap kemampuan pemecahan masalah yang ada.
Kemampuan pemecahan masalah matematika di Indonesia masih tergolong rendah. Sesuai dengan hasil prestasi Indonesia pada Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2015, dinyatakan bahwa prestasi matematika siswa di Indonesia berada pada urutan ke-45 dari 50 negara dengan skor rata-rata 397 poin (Kompas, 2016).
Hal itu tidak jauh berbeda dengan hasil studi Programe for International Student Assesment (PISA) pada tahun 2015, Indonesia berada pada peringkat 63 dari 70 negara dalam mata pelajaran matematika dengan rata-rata 335 poin (Kemendikbud, OECD). Salah satu faktor yang menjadi penyebab dari rendahnya prestasi siswa Indonesia dalam TIMSS dan PISA yaitu lemahnya kemampuan pemecahan masalah.
Pengetahuan siswa mengenai konsep matematika juga masih rendah sehingga mengakibatkan kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran matematika. Padahal minat merupakan hal penting dalam proses pembelajaran matematika. Tentunya masalah ini sering kali menghambat pembelajaran dan menyebabkan rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Sardiman (2014) menyatakan bahwa dengan adanya minat proses pembelajaran akan berjalan lancar.
Jadi untuk mengatasi masalah tersebut, maka banyak strategi, model, pendekatan, dan metode pengajaran yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran yang dianggap tepat adalah metode pembelajaran superitem. Metode pembelajaran superitem merupakan metode yang dimulai dari pemberian tugas yang sederhana kemudian meningkat pada tugas yang lebih kompleks.
Soal-soal superitem diharapkan lebih menantang dan mendorong keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Sebaliknya, guru dapat melakukan kegiatan diagnostik selama pembelajaran, sehingga perkembangan penalaran siswa dapat dimonitor lebih dini. Menurut Miftahul Huda, (2014) Kemampuan memahami hubungan antarkonsep, kematangan dalam bernalar, dan keterlibatan secara aktif dalam pembelajaran merupakan bagian yang diperlukan dalam memecahkan masalah matematika.
Menurut Lestari dan Yudhanegara (2015) Superitem adalah metode pembelajaran yang berupa penyelesaian masalah dengan cara memberikan tugas kepada siswa secara bertingkat dan bertahap dari yang sederhana hingga yang kompleks tingkatannya. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa metode pembelajaran superitem merupakan cara memberikan tugas kepada siswa secara bertingkat atau bertahap dari yang sederhana hingga kompleks.
Adapun keunggulan metode pembelajaran Superitem adalah:
-a. Metode pembelajaran Superitem merupakan cara belajar yang dapat mengembangkan tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas.
-b. Metode pemecahan masalah.
-c. Meningkatkan kecepatan siswa dalam mengerjakan tugas sehingga memicu meningkatnya hasil belajar siswa.
Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Menurut Polya Berdasarkan Langkah-langkah Pemecahan Masalah:
-a. Memahami Masalah (Understanding the problem) dengan indikator “Siswa harus memahami kondisi soal atau masalah yang ada pada soal tersebut, seperti: (1) Data atau informasi apa yang dapat diketahui dari soal? (2) Apa inti permasalahan dari soal yang memerlukan pemecahan? (3) Adakah dalam soal itu rumus- rumus, gambar, grafik, tabel atau tanda-tanda khusus? (4) Adakah syarat-syarat penting yang perlu diperhatikan dalam soal?”
-b. Membuat Rencana Penyelesaian (Devise a plan for solving it) dengan indokator: (1) Siswa harus dapat memikirkan langkah-langkah apa saja yang penting dan saling menunjang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. (2) Siswa harus mencari konsep- konsep atau teori-teori yang saling menunjang dan mencari rumus- rumus yang diperlukan.
-c. Melaksanakan Rencana Penyelesaian (Carry out your plan) dengan indicator: (1) Siswa telah siap melakukan perhitungan dengan segala macam data yang diperlukan termasuk konsep dan rumus atau persamaan yang sesuai. (2) Siswa harus dapat membentuk sistematika soal yang lebih baku. (3) Siswa mulai memasukkan data- data hingga menjurus ke rencana pemecahannya. (4) Siswa melaksanakan langkah- langkah rencana.
-d. Mengecek Kembali Jawaban Yang Diperoleh (Looking back to examine the solution obtained) dengan indikator “Siswa harus berusaha mengecek ulang dan menelaah kembali dengan teliti setiap langkah pemecahan yang dilakukannya.”
Penelitian Ines Siti Rokayah (2017) hasil pretest menunjukkan bahwa penalaran matematik siswa belum terlihat. Kemudian siswa diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran superitem. Pada tahap posttest, penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran superitem.
Penelitian Liza Amalia dan M. Khoiril Akyar (2018) menghasilkan bahwa keterampilan proses belajar siswa berpengaruh positif terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Secara umum bahwa pembelajaran menggunakan model kumon berbasis soal superitem berbantuan LKS lebih efektif digunakan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa khususnya siswa kelas VIII H SMP Negeri 1 Paguyangan.
Sehingga model pembelajaran kumon berbasis soal superitem berbantuan LKS baik digunakan dalam pembelajaran matematika. Jadi dapat disimpulkan bahwa Metode Pembelajaran Superitem termasuk metode yang tepat digunakan untuk memecahkan masalah matematika.