Selasa, 02/08/2022, 06:36:19
Meningkatkan Kepatuhan Protokol Kesehatan Masyarakat dalam Menghadapi Pandemi Covid-19
Oleh: Indana Zulfa

RENCANA pelaksanaan vaksinasi keempat atau vaksinasi booster kedua oleh pemerintah diberitakan melalui laman resmi covid19.go.id akhirnya resmi per tanggal 29 Juli 2022. Pemerintah memiliki klaim bahwa vaksinasi keempat ini dapat meningkatkan level antibodi dan imunitas seluler tanpa menimbulkan KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) yang berat. Dengan program vaksinasi keempat, pemerintah berupaya mengurangi resiko paparan virus covid-19 sekaligus mengurangi resiko terjadinya mutasi virus covid-19 yang dikabarkan mudah bermutasi. Akan tetapi, resiko tersebut perlu didukung juga dengan penerapan protokol kesehatan berupa memakai masker dengan baik, menjaga jarak dan menghindari kerumunan, serta mencuci tangan dengan sabun (3M).

Dalam prakteknya di masyarakat, penerapan protokol kesehatan masih menghadapi sikap pro kontra dari masyarakat, khususnya di masa sekarang yang sudah terhitung tahun kedua pandemi. Masyarakat yang pro dan menerapkan protokol kesehatan, menganggap bahwa mematuhi protokol sudah menjadi kebiasaan selama masa PPKM diberlakukan. Kesadaran bahwa pandemi covid-19 belum usai mendorong mereka untuk mematuhi protokol kesehatan. Selain itu, kebiasaan menerapkan protokol kesehatan membuat sebagian orang justu mengaku risih dan tidak nyaman apabila tidak menggunakan masker. Serta, melihat kasus-kasus pasien yang terpapar virus covid-19 menjalani perawatan dengan waktu yang lama dan biaya yang tidak sedikit mendorong sikap patuh mereka. Dilihat dari sisi ekonomi, dengan adanya protokol memakai masker dan mencuci tangan membuat bisnis masker, sabun cuci tangan dan hand sanitizer berkembang, baik secara online maupun secara offline.

Semua pendapat tersebut, sejalan dengan teori Health Belief Model (HBM) yang dikemukakan oleh Rosenstock pada tahun 1966 dan dikembangkan oleh Becker dkk pada tahun 2011 dan 2013. Menurut teori HBM, faktor yang mendorong individu untuk melakukan suatu prosedur kesehatan adalah faktor internal individu yang meliputi persepsi kerentanan yang dirasakan, persepsi kerentanan individu terhadap suatu penyakit, persepsi individu atas beratnya penyakit, persepsi individu terhadap keuntungan yang diperoleh jika melakukan suatu prosedur, serta variabel tambahan berupa pendidikan, pengalaman, budaya, motivasi, serta kecukupan diri individu. Pada masyarakat yang memilih mematuhi protokol kesehatan, persepsi mereka positif terhadap manfaat protokol kesehatan 3M.

Di sisi lain, masyarakat yang menolak mematuhi protokol kesehatan tidak lagi menganggap virus covid-19 sebagai ancaman besar dibandingkan dengan pada masa awal pandemi. Adanya program vaksinasi dianggap cukup untuk mencegah terpapar virus covid-19. Juga, kurangnya peran pihak-pihak institusi sebagai contoh kepatuhan protokol kesehatan yang masih rendah, seperti disampaikan dalam laporan monitoring kepatuhan protokol kesehatan tingkat nasional melalui laman covid19.go.id. Sebanyak 13 institusi Kabupaten/Kota dari total 24 institusi Kabupaten/Kota tercatat tidak patuh terhadap protokol kesehatan. Pada akhirnya, sebagian masyarakat merasa protokol kesehatan 3M tidak praktis dalam menjalani kegiatan sehari-hari karena tidak terbiasa dan merepotkan.

Pendapat bahwa protokol kesehatan 3M tidak praktis serta kurangnya kesadaran akan resiko terpapar virus covid-19 termasuk dalam teori HBM yang sudah disebutkan, hanya saja persepsinya negatif sehingga masyarakat enggan mematuhi protokol kesehatan. Sebagai tambahan, teori Preced-Proceed yang dikemukakan oleh Lawrence W. Green tepat menggambarkan sebab perilaku ketidakpatuhan masyarakat dari faktor eksternal individu. Menurut teori Precede-Proceed, individu dapat terdorong melakukan suatu prosedur kesehatan karena faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor pemuat. Dalam artikel ini, penyebabnya lebih condong pada faktor pemungkin dan faktor penguat di mana yang termasuk dalam faktor tersebut adalah sikap dan perilaku individu lain yaitu pihak-pihak institusi yang kurang optimal sehingga masyarakat kurang termotivasi mematuhi protokol kesehatan 3M.

Pandemi covid-19 yang belum usai seharusnya menjadi motivasi masnyarakat untuk terus menerapkan protokol kesehatan 3M. Penurunan angka paparan virus covid-19 saat ini dapat semakin meningkat dengan usaha bersama dari seluruh pihak masyarakat, baik individu maupun institusi sebagai pelopor kepatuhan. Dengan begitu, harapan untuk bebas dari pandemi covid-19 dapat dicapai demi kualitas hidup yang lebih baik.

Acuan Pustaka: Rosenstock, I M, Strecher, V.J., & Becker, M. H. (1988) „Social Learning Theory and The Helath Belief Model‟, Health Education Quarterly, 15(2), pp. 175–183. Graeff, Judith A., John P. Elder., & Elizabeth Mills Booth. (1996). Komunikasi untuk Kesehatan dan Perubahan Perilaku (terjemahan). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

(Indana Zulfa adalah mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Peradaban Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Tinggal di wilayah Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes. E-mail: zindana1829@gmail.com)

Tulisan dalam Kolom Opini ini adalah kiriman dari masyarakat. Segala tulisan bukan tanggung jawab Redaksi PanturaNews, tapi tanggung jawab penulisnya.

 
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.

Komentar Berita