Selasa, 19/07/2022, 07:41:53
Asik Bermain Rasa Lewat Kesusastraan
Oleh: Pupung Putra Setiadi
--None--

ERA disrupsi sekarang ini, banyak orang disibukkan dengan problematika ekonomi. Digitalisasi yang ujungnya berharap mendapatkan laba berupa suatu hal materil. Tidak hanya dari segi ekonomi saja, dari bidang pendidikan ikut berpartisipasi dalam meraup keuntungan pribadi yang ujungnya adalah rupiah. Maka tak jarang pendidikan kita hanya transfer ilmu pengetahuan yang nampak. Tidak dapat dipungkiri kejadian sekarang banyak perdebatan karena merasa lebih hebat keilmuannya alhasil yang sering juga menjatuhkan kawan sendiri.

Beberapa tindakan untuk menghadapi itu, salah satunya dengan rasa. Rasa yang dapat membuat kita menjadi luluh di ambang ke-egoisan pribadi, menyenangkan dengan berbagi kegembiraan kepada yang lain terutama di dunia pendidikan ketika di dalam pembelajaran. Rasa yang gembira akan menumbuhkan sikap berpikir atau berprasangka yang baik. Dengan menemukan segala kemungkinan munculnya suatu hal yang baik dan benar maka segala bentuk ilmu apapun akan mudah untuk dicerna oleh si pembelajar tersebut.

Bagaimana menyampaikan rasa tersebut untuk orang banyak? Salah satunya dengan tulisan. Tulisan yang kita rangkai menjadi sebuah karangan, dengan bahasa yang menakjubkan bagi si pembaca. Karangan yang indah, dalam artian esensi kata indah dengan pemahaman yang luas sampai mencakup ke pengertian-pengertian ruhaniah. Dengan sebuah karya sastra yang di mana pembaca menyukai hal-hal yang berkaitan dengan isi hati dan pikirannya yang tak mampu terucap. Maka kesusastraan merupakan salah satu cara atau metode dalam pembelajaran yang mampu menumbuhkan semangat dan keoptimisan dari si pembelajar.

Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan sebuah kreasi, bukan semata-mata sebuah imitasi (dalam Luxemburg, 1989 : 5). Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif pada hakikatnya adalah suatu media yang mendayagunakan bahasa untuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah karya sastra, pada umumnya, berisi tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia. Kemunculan sastra lahir dilatar belakangi adanya dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya. (dalam Sarjidu, 2004 : 2).

Secara Etimologi (menurut asal-usul kata) kesusastraan berarti karangan yang indah. “sastra” (dari bahasa Sansekerta) artinya tulisan, karangan. Akan tetapi sekarang pengertian “Kesusastraan” berkembang melebihi pengertian etimologi tersebut. Kata “Indah” amat luas maknanya. Tidak saja menjangkau pengertian-pengertian lahiriah tapi terutama adalah pengertian-pengertian yang bersifat rohaniah. Misalnya, bukankah pada wajah yang jelek orang masih bisa menemukan hal-hal yang indah.
Sebuah cipta sastra yang indah, bukanlah karena bahasanya yang beralun-alun dan penuh irama. Ia harus dilihat secara keseluruhan baik itu temanya, amanatnya dan strukturnya. Pada nilai-nilai yang terkandung di dalam cipta sastra itu, ada beberapa nilai yang harus dimiliki oleh sebuah cipta sastra. Nilai-nilai itu seperti nilai-nilai estetika, nilai-nilai moral, dan nilai-nilai yang bersifat konsepsional. Ketiga nilai tersebut sesungguhnya tidak dapat dipisahkan sama sekali.

Sesuatu yang estetis adalah sesuatu yang memiliki nilai-nilai moral. Tidak ada keindahan tanpa moral. Moral adalah nilai yang berpangkal dari nilai-nilai tentang kemanusiaan. Tentang nilai-nilai yang baik dan buruk yang universil. Demikian juga tentang nilai-nilai yang bersifat konsepsionil itu. Dasarnya adalah juga nilai tentang keindahan yang sekaligus merangkum nilai tentang moral. Nilai moral akan terlihat dalam sikap terhadap apa yang akan diungkapkan dalam sebuah ciptasastra cara bagaimana pengungkapannya itu.

Sebuah ciptasatra mengungkapkan tentang masalah-masalah manusia dan kemanusian. Tentang makna hidup dan kehidupan. Ia melukiskan penderitaan-penderitaan manusia, perjuangannya, kasih sayang dan kebencian, nafsu dan segala yang dialami manusia. Dengan ciptasastra pengarang mau menampilkan nilai-nilai yang lebih tinggi dan lebih agung. Mau menafsirkan tentang makna hidup dan hakekat kehidupan.

Sebuah ciptasastra yang baik, mengajak orang untuk merenungkan masalah-masalah kehidupan. Mengajak orang untuk berkontemplasi, menyadarkan dan membebaskan dari segala belenggu-belenggu pikiran yang jahat dan keliru. Sebuah ciptasastra mengajak orang untuk mengasihi manusia lain. Bahwa nasib setiap manusia meskipun berbeda-beda namun mempunyai persamaan-persamaan umum, bahwa mereka ditakdirkan untuk hidup, sedang hidup bukanlah sesuatu yang gampang tapi penuh perjuangan dan ancaman-ancaman.

Dengan mengenal kesusastraan, kita menjadi manusia yang cerdas dalam hidup di dunia yang pada hakikatnya adalah fana. Mengajak akan sebuah ketrampilan membaca itu mengasikkan karena didalamnya terdapat sesuatu kejutan yang tak dapat kita duga. Tak jarang juga sebuah karya sastra ternyata masih relevan dengan perkembangan zaman sekarang ini atau bahkan hingga sampai ke anak cucu kita nanti.

(Putra Setiadi adalah mahasiswa Universitas Peradaban Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah)

Tulisan dalam Kolom Opini ini adalah kiriman dari masyarakat. Segala tulisan bukan tanggung jawab Redaksi PanturaNews, tapi tanggung jawab penulisnya.

 
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.

Komentar Berita