Pupuk non subsisi di wilayah Kabupaten Brebes semakin naik harganya. (Foto: Takwo Heriyanto)
PanturaNews (Brebes) - Pupuk non subsisi di wilayah Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, kini keberadaannya semakin langka. Bahkan jika terdapat stoknya, para pengusaha pupuk bisa membelinya dengan harga yang bertambah tinggi.
"Lebih parahnya lagi, kami sebagai penjual pupuk bisa membeli, tapi kesulitan untuk menjualnya lagi, khususnya kepada para petani. Ini karena harganya yang semakin naik," ujar pengusuaha pupuk di Desa Klampok, Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes, Dani Bagus Purnama, Kamis 17 Maret 2022.
Menurut Dani, untuk harga pupuk non subsisi jenis NPK, sebelumnya kisaran Rp 14 ribu per kg dan saat ini mencapai Rp 15 ribu per kg. Kemudian, untuk pupuk jenis KCL yang sebelumnya harga Rp 11 ribu per kg, kini naik menjadi Rp 13,5 per kg.
"Intinya jenis pupuk yang NPK, itu naik semua harganya," tutur Dani.
Belum lagi, kata Dani, kini adanya kenaikan PPN pada bulan April 2022 mendatang menjadi 11 persen, yang sebelumnya mencapai 10 persen. Otomatis harga pupuk juga ikut naik.
Terkait dengan harga obat atau pestisida, lanjut Dani, juga ikut mengalami kenaikan. Namun demikian, tidak terlalu signifikan harganya dibandingkan dengan harga pupuk non subsidi.
"Jelas adanya kenaiakan pupuk non subsisi, termasuk obat atau pestisida, membuat para petani kian menjerit. Apalagi para petani bawang merah, khususnya di Kabupaten Brebes," ungkap Dani.
Dijelaskan Dani, untuk para petani bawang merah sendiri, kini tengah merasa terpukul. Mengingat harga bawang merah saat ini malah justru mengalami penurunan harga.
"Saya melihatnya kasihan dengan nasib para petani bawang merah Brebes. Di mana, para tengkulak membeli dengan harga penawaran murah, namun justru harga di pasaran cenderung cukup tinggi.
Saya berharap, pemerintah minimal bisa menstabilkan harga bawang merah agar para petani ikut merasakan bahagia. Bukan justru terus mengalami kerugian akibat dampak yang tidak segera langsung tertangani. Sementara yang menikmati keuntungan terus menerus justru para tengkulaknya," pungkasnya.
Seperti halnya yang dikeluhkan oleh salah seorang petani bawang merah asal Desa Padasugih, Kecamatan Brebes, Drajat. Menurutnya, saat ini untuk harga bawang merah di tingkat petani ukuran kecil Rp 12 ribu per kg, sedangkan bawang merah yang berukuran besar Rp 15 ribu.
"Jadi, kalau saat ini mulai panen, jelas tidak bisa kembali modal. Yang ada justru rugi. Bahkan, tidak sedikit para petani yang akhirnya mencari pinjaman untuk bisa menanam bawang merah lagi," keluh Drajat.
Ditambahkannya, tidak sedikit pula para petani bawang merah yang tidak berani menanam bawang merah, karena selain harga pupuk yang naik, juga obat atau pestisida naik.
Belum lagi, untuk harga bibit bawang merah yang juga naik, sehingga ketika sudah mulai menanam dan panen, harganya malah jatuh merosot.
"Ini yang membuat para petani bawang merah merasa sedih. Paling tidak, pemerintah bisa cepat tanggap untuk membuat harga bisa stabil agar para petani cukup senang.
Minimal ada untung sedikit saja sudah cukup senang, tidak terus menerus mengalami kerugian. Disatu sisi yang menikmati keuntungan justru para tengkulaknya," tandasnya.