Jumat, 26/03/2021, 22:03:03
Keterikatan Tiga Elemen Pendidikan di Era Pandemi Covid-19
Oleh: Ayu Wediya Safitri
--None--

...kini sudah setahun berlalu pembelajaran secara daring, apakah minat dan keasyikan belajar siswa masih sama?

Pendidikan di era Pandemi Covid-19 menjadi salah satu aspek yang terkena dampak besar, dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Banyak pelajar yang seharusnya menerima pembelajaran, praktik, atau yang lainnya di dalam kelas, kini harus bisa dan harus sanggup dilaksanakan di rumah masing-masing.

Pembelajaran yang menggunakan internet, dan aplikasi pendukung secara Online atau dalam jaringan tentu memiliki banyak aspek yang dibutuhkan dalam proses belajar. Baik itu ketersediaan gawai yang dapat mengakses internet, serta kuota yang tentu tidak sedikit.

Jangkauan sinyal jaringan operator selular tiap wilayah juga berbeda-beda sehingga membutuhkan pilihan provider yang tepat. Sehingga secara material kebutuhan belajar secara daring membutuhkan Gawai, sinyal internet, dan kuota belajar. Namun, ada juga keterikatan tiga elemen lain dalam pembelajaran secara daring di era pandemi ini.

Elemen pertama adalah tenaga pendidik. Tenaga pendidik dimaksud adalah para guru, dosen, yang dalam keadaan normal mengajar secara rutin di ruang kelas. Adanya Pandemi COVID-19 tentu menjadi sebuah perombakan besar dalam sistem pembelajaran oleh para tenaga pendidik. Bagaimana membuat pembelajaran yang disampaikan lebih menarik dan dapat diikuti dengan baik oleh para siswanya.

Tenaga Pendidik yang menjadi elemen pertama tentu juga harus mempersiapkan bagaimana seharusnya tugas, ulangan, dan ujian yang dilaksanakan mulanya secara langsung dikelas kini harus dilaksanakan secara daring. Tenaga pendidik juga harus mempersiapkan materi bersama media pembelajaran yang asyik agar belajar dilayar gawai tidak membosankan bagi siswa. Media pembelajaran yang digunakan ada yang menggunakan video, slide power point, serta kuis-kuis menarik.

Elemen kedua, Siswa. Siswa yang berada di tingkatan pendidikan dasar hingga perguruan tinggi tentu memiliki minat dan semangat belajar yang berbeda pula tingkatannya. Anggaplah kita berbicara aspek yang menyeluruh, siswa mana yang tidak memiliki rasa malas, tentu semua siswa memilikinya. Siswa yang merupakan objek pembelajaran tentu juga memiliki perasaan berbeda ketika harus bersiap dan belajar di depan layar gawai.

Minat belajar siswa pada awal pandemi mungkin meningkat karena asyik menghadapi layar gawai yang memunculkan materi dan video kawan sekelas. Namun, kini sudah setahun berlalu pembelajaran secara daring, apakah minat dan keasyikan belajar siswa secara daring masih sama?.

Elemen ketiga, orang tua. Bisa disebut mungkin sebuah pengalaman baru, bagaimana manusia dewasa yang memiliki anak kemudian disebut orang tua harus menghadapi tantangan pandemi. Orang tua yang memiliki anak bersekolah turut heboh dalam mempersiapkan media belajar anaknya. Dalam tingkatan menengah pertama hingga perguruan tinggi orang tua mungkin tidak terlalu repot dalam mempersiapkan media belajar.

Namun, orang tua tetap mendapat ekstra tanggung jawab dalam mengingatkan dan mengontrol jadwal belajar, dan jadwal sekolah/kuliah daring. Hal lain lagi orang tua juga dituntut membantu anak-anaknya dalam menyelesaikan tugas dari guru, terutama pada tingkat pendidikan PAUD, TK/RA, dan SD/MI. Tugas tambahan yang harus dijalani setiap hari dalam setahun terakhir ini tentu terasa mengagetkan bagi beberapa orang tua.

Menjadi sebuah keharusan tiga elemen ini saling terikat dan mendukung karena berpegang pada kewajiban untuk mewujudkan pendidikan daring yang kondusif. Baik tenaga pendidik, siswa, serta orang tua memiliki tanggung jawab besar untuk selalu memberikan yang terbaik demi berlanjutnya pendidikan walau terhalang pandemi.

Bagi Tenaga Pendidik sudah menjadi wajib untuk mempersiapkan materi atau bahan ajar yang dapat dimengerti dan diikuti dengan baik oleh siswa. Bagi Siswa tentu harus mengikuti pendidikan daring seserius dan sekhidmat saat di ruang kelas walau dengan suasana di rumah. Bagi Orang tua sudah seharusnya saat ini mendampingi anaknya yang menjadi siswa dalam mengikuti rutinitas pendidikan.

Selain keterikatan dan karena kewajiban tiap elemen, keterikatan karena saling pengertian antar tiga elemen juga dibutuhkan. Bagi Tenaga Pendidik tentu harus mengerti bagaimana keadaan kondisi murid yang dibinanya, bagaimana kondisi keluarga dan lingkungannya, apakah memiliki media belajar yang memadai, dan apakah memiliki kebutuhan khusus.

Tenaga Pendidik juga dapat memberikan tugas, atau kegiatan praktik bagi siswa sesuai tingkatannya dengan catatan masih dalam jangkauan orang tua. Sehingga, jika siswa tidak dapat melakukannya sendiri, orang tua dapat membantu terutama pada tingkatan pendidikan dasar.

Keterikatan karena saling pengertian bagi siswa juga harus dijalankan. Bagi siswa sudah seharusnya mengerti bagaimana menghargai gurunya. Menghargai bagaimana seorang Tenaga Pendidik yang juga mempunyai kewajiban lain dapat membantu memberikan pembelajaran dan pemahaman pada siswa.

Sudah barang pasti menjadi siswa teladan sangat mudah, jika mengikuti pembelajaran tepat waktu, memperhatikan penjelasan, dan mengikuti arahan guru. Mempelajari materi yang diberikan serta mengerjakan tugas adalah kewajiban sekaligus bentuk pengertian bagi siswa.

Siswa juga harus mengerti bagaimana orang tua yang semula tidak mengenal pendidikan daring kini harus menghadapi dan membantu mengontrol rutinitas pendidikan para siswa. Sudah sewajarnya seorang insan terdidik menghargai orang yang lebih dewasa dengan mengikuti arahan baiknya.

Saling pengertian bagi orang tua juga penting. Orang tua perlu menyadari bagaimana Tenaga Pendidik telah mempersiapkan banyak materi dan media pembelajaran mengikuti kurikulum dan aturan pemerintah. Orang tua juga perlu memahami berkat pendidikan daring mereka belajar ilmu baru terkait teknologi dan perkembangannya.

Orang tua kini juga dapat saling mengerti bahwa tanggung jawab mendidik siswa terbagi dua, ditangan guru dan ditangan orang tua (bapak dan/atau ibu). Orang tua juga dapat berperan dakam mengawasi akademik anak dengan selalu terlibat dalam kegiatan belajarnya.

Membantu memberikan arahan belajar dan menyelesaikan tugas jika siswa tidak dapat menyelesaikannya sendiri, sehingga tahu apa yang anak butuh kan dalam mencapai pemahaman dan menyerap ilmu dari pendidikan.

(Ayu Wediya Safitri adalah Mahasiswa S1 Ilmu Hubungan Internasional di Universitas Peradaban Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Ayu yang mencintai makanan pedas ini, tinggal di Desa Kalijurang, Tonjong, Brebes)

Tulisan dalam Kolom Opini ini adalah kiriman dari masyarakat. Segala tulisan bukan tanggung jawab Redaksi PanturaNews, tapi tanggung jawab penulisnya.

 
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.

Komentar Berita