|
PanturaNews (Tegal) - Hujan yang mengguyur Kota Tegal, Jawa Tengah, selama empat jam lebih pada Rabu 6 Maret 2019 sore, membuat beberapa wilayah kota dikepung banjir. Hingga Kamis 7 Maret 2019, di beberapa titik masih tergenar air.
Wilayah dan tempat yang sebelumnya tidak pernah mengalami banjir, kali ini tak luput terkena imbasnya. Seperti RSUD Kardinah yang sebelumnya tidak pernah banjir, akibat guyuran hujan air masuk hingga ruang rawat inap pasien Mawar.
Hingga Kamis (7/3) pagi, banjir yang menggenang beberapa wilayah sudah menyusut. Sementara Asrama Polisi (Aspol) R Soeprapto Jalan KS Tubun, terlihat sebagian masih tergenang.
"Mengatasi banjir dan rob yang setiap tahun melanda Kota Tegal, sebaiknya Pemerintah Kota Tegal (Pemkot) merancang dan anggarkan sistem drainase yang terpadu dan berkelanjutan," kata pemerhati dan pakar infrastruktur Kota Tegal, Abdullah Sungkar.
Menurut Abdullah Sungkar, anggaran multi years tidak masalah asal konsisten dan lanjut sampai genangan banjir dan rob pesisir teratasi.
Banjir, genangan dan rob menimbulkan masalah lingkungan yang harus segera ditanggulangi, karena dampak ekonomi dan sosialnya sangat dirasakan masyarakat.
Abdullah Sungkar memaparkan, Kota Tegal sebagai kota pesisir tentu harus mampu hidup bersama air laut dan air hujan yang tidak mudah terdorong ke laut karena rendahnya kemiringan lahan. Masalahnya adalah bagaimana kebijakan dan rekayasa pengelolaan air Pemerintah Kota Tegal mampu mengurangi, jika tidak mungkin menghilangkan, genangan yang terjadi akibat limpasan air hujan dan pasang air laut.
Ditambahkan, beberapa kebijakan yang dapat diambil antara lain, menetapkan daerah tangkapan dan resapan air, pengendalian alih fungsi lahan basah menjadi lahan kering, alokasi lahan untuk menampung air hujan dan limbah rumah tangga, serta penyusunan master plan drainase banjir.
Implementasi kebijakan yang hanya berdasarkan pada kajian teknik drainase semata memerlukan sumber dana yang besar untuk membiayainya dan belum tentu menyelesaikan masalah.
Abdullah Sungkar mengutip dari Newman dan Jennings (2008), menyarankan perlunya perancangan kota yang sensitif air guna menuju kota yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Istilah yang digunakan adalah water sensitive urban design, sebuah metode pendekatan perencanaan dan perancangan kota yang digabungkan dengan manajemen sumber daya air serta lingkungan hidup dalam setiap proses perencanaan sesuai skala dan horizon waktu yang tersedia.
"Persoalan banjir dan rob beberapa kali menerima keluhan dari warga dan sudah diteruskan kepada beberapa pihak instansi terkait," tutup Abdullah Sungkar.
Sementara Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tegal, Andri Yudi Setiawan saat dikonfirmasi menyampaikan, hujan yang mengguyur Kota TEGAL dari siang hingga sore merupakan hujan ekstrim.
"Jalan Rambutan dan Lemah Duwur tepatnya di pertigaan Keturen, siang ini (Kamis 7/3) memang ada genangan tapi sudah makin surut," kata Andri.