Panen Perdana Biji Bawang Dengan Budidaya TSS
LAPORAN NINO MOEBI
Rabu, 05/12/2018, 14:24:54 WIB

Petani binaan BI memanen biji bawang merah di Desa Tuwel, Bojong, Kabupaten Tegal (Foto: Nino)

PanturaNews (Tegal) - Merupakan yang pertama kali, panen biji bawang merah menggunakan model budidaya TSS (True Shallot Seed). Para petani binaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KP BI) Tegal, Jawa Tengah, pertama kalinya memanen di Desa Tuwel, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Selasa 4 Desember 2018.

Lahan seluas 0.2 hektar dipakai untuk uji coba pengembangan budidaya TSS biji bawang merah di wilayah Kabupaten Tegal, yang justru lebih dikenal sebagai sentra pengembangan produksi bawang putih.

Biji bawang merah TSS yang dikembangkan di lahan tersebut, berasal dari umbi tanaman bawang merah varietas Bima Brebes‎ yang merupakan varietas lokal berkualitas bagus.

‎Ketua Kelompok Tani Mekar Jaya Brebes, Hadi Sutomo menerangkan, pengembangan dilakukan untuk menciptakan generasi pertama biji dari umbi tanaman bawang merah varietas Bima Brebes.

"TSS ini umbi varietas Bima Brebes ‎yang dibijikan‎. Produksi biji hasil pengembangan umbi tanaman itu, diharapkan bisa meningkatkan kembali produksi bawang merah," kata Hadi disela panen.

Hadi Sutomo menuturkan, bahwa untuk uji coba pertama kali ini, pihaknya menargetkan sebanyak 80 Kg biji bawang merah bisa dipanen.

Biji bawang merah itu, dapat dipetik dan diambil dari bunga daun bawang yang ditanami selama 110 hari. Bahwa 110 hari itu adalah masa petik pertama biji bawang merah, dan akan masuk masa panen pada empat (4) bulan kemudian setelah dipetik.

"TSS ini adalah model budidaya baru untuk tanam bawang merah. Jadi, tidak memakai umbi-umbian lagi," ujar Hadi.

Menurut dia, biji-biji bawang merah itu memiliki harga sebesar Rp 2,5 juta per 1 Kg-nya jika dijual ke pasaran. Apabila pihaknya menargetkan hasil panen uji coba pertama sebesar 80 Kg, berarti total keuntungan yang akan diperoleh mencapai sekitar Rp 200 juta.

"Banyak keunggulan pada model budidaya TSS. Jadi, kalau harga hasil model umbi hanya Rp 25.000 per kilo. Sedangkan harga biji TSS per kilo bisa mencapai Rp 2,5 juta," jelasnya.

Terkait keunggulan, Kepala KP BI Tegal, Joni Marsius menjelaskan, bahwa model TSS ini bertujuan untuk memurnikan bibit bawang merah yang hendak ditanam. Sehingga melalui model TSS dapat meningkatkan produktivitas hasil panen bawang merah.

Joni mengaku, proses pembibitan bawang merah melalui umbi, utamanya di Kabupaten Brebes, sedang mengalami degradasi atau penurunan.

"Maka, sebagai bagian dari Cluster KP BI Tegal, kami pilih lahan di Kabupaten Tegal untuk dijadikan uji coba tanam biji bawang merah. Sejauh ini, kami bersyukur bisa berhasil. Semoga biji-biji hasil panen ini dapat menjadi bibit di daerah-daerah lainnya, termasuk Brebes," jelas Joni.

Menurut Joni, keuntungan lainnya lewat model TSS ini adalah dapat memangkas biaya transportasi pengiriman. Sehingga ongkos pengiriman akan lebih murah dan hemat, karena biji bawang merah mudah dikemas.

"Kalau mau dijual biaya transportasinya lebih murah karena hasil panen biji bawang merah per satu hektar, beratnya hanya mencapai lima (5) kilo. Kalau model umbi bisa sampai 1,2 ton per hektar-nya. Jadi lebih hemat cost dan gampang dikirim," ujarnya.

Sementara itu, Kasi Perbenihan Perlindungan Bidang Holtikultura dan Perkebunanan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes, Joko Triyatno mengucapkan terimakasih kepada BI dan Pemerintah Kabupaten Tegal, karena petani bawang merah Brebes dibantu menanam dan mengembangkan biji TSS.

‎"Harapan ke depan bisa dikembangkan di wilayah Brebes juga. ‎Ini merupakan terobosan. Mengingat potensi bawang merah dari umbi produksinya cenderung menurun. Makanya kita perlu varietas baru," tandasnya.