Kamis, 02/07/2020, 15:08:54
Semua Tentang Kamu
Resensi Oleh: Inok Evi Sulkhanah

Judul Buku: Tentang Kamu. Penulis: Tere Liye. Editor: Triana Rahmawati. Halaman: VI + 524. Tahun Terbit: 2016. Penerbit: Republika Penerbit

“Terima kasih untuk kesempatan mengenalmu, itu adalah salah satu anugerah terbesar hidupku. Cinta memang tidak tidak perlu ditemukan, cintalah yang akan menemukan kita”.

Kerasnya kehidupan akan menjadi penguat jiwa, kepasrahan pada Ilahi dan rasa syukur atas kehidupan akan menjadikan diri damai. Nilai moral serta ajaran agama dijunjung tinggi dalam novel yang ditulis Tere Liye ini. Novel dengan judul “Tentang Kamu” ini bisa dirasakan dari perlakuan Sri terhadap orang tua dan kaum difabel, Sri dan Zaman yang selalu menjalankankan ibadah di mana pun berada. Bahkan di luar negeri tetap memegang teguh agama dan tradisinya, cara Zaman menghadapi kakek nenek di panti jompo dan bagaimana dia berinteraksi dengan ibunya.

Hal-hal kecil dan sepele tetapi bisa membuat orang lain bahagia dan bersyukur. Ada beberapa kutipan yang menjadi daya tarik novel ini, misalnya saja:

“Saat kita telah berhasil melupakan sesuatu, bukan berarti itu benar-benar telah lupa begitu saja, boleh jadi masih ada yang mengingatnya.” (halaman 340)

“Terima kasih untuk kesempatan mengenalmu, itu adalah salah satu anugrah terbesar hidupku. Nasihat lama itu benar, cinta memang tidak perlu ditemukan, cintalah yang akan menemukan kita. Terima kasih. Aku tidak akan menangis karena sesuatu telah berakhir, tapi aku akan tersenyum karena sesuatu itu pernah terjadi. Karena dicintai begitu dalam oleh orang lain akan memberikan kita kekuatan, sementara mencintai orang lain dengan sungguh-sungguh akan memberikan kita keberanian.” (halaman 286). “Apa yang membuat pernikahan orangtua dulu langgeng berpuluh tahun? Karena mereka jatuh cinta setiap hari pada orang yang sama. Maka kesedihan dan ujian seberat apapun bisa dilewati dengan baik.” (halaman 385).

Novel ini sangat informatif dan humanis yang berisi tentang sejarah kota, fenomena masa kini seperti ojek online, perkembangan teknologi, strategi bisnis, pun mengangkat isu-isu yang terjadi dalam kehidupan seperti kekerasan pada anak, poligami, orang tua yang tinggal di panti jompo, dan kerenggangan hubungan/komunikasi antar sesama, karena digantikan social media.

Satu contoh isu yang cukup mengena yaitu perihal wanita lajang belum menikah di usianya yang sudah dewasa yang seringkali ditanya-tanya kapan akan menikah. “Dari pada kita sibuk bertanya kapan seorang gadis menikah, hanya membuatnya sedih, lebih baik bantu dia agar segera mendapatkan jodohnya. Itu lebih bermanfaat.” (357).

Tere Liye, sudah banyak menelorkan novel dan ini salah satunya, meski sudah terbit cukup lama (2016), novel ini tetap layak untuk dibaca dan sayang jika dilewatkan.

(Inok Evi Sulkhanah, adalah mahasiswa di Universitas Peradaban Bumiayu (UPB) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia)

Tulisan dalam Kolom Opini ini adalah kiriman dari masyarakat. Segala tulisan bukan tanggung jawab Redaksi PanturaNews, tapi tanggung jawab penulisnya.

 
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.

Komentar Berita