Rabu, 08/04/2020, 11:18:05
Kota Beton: Kegelisahan Masyarakat Hadapi Pageblug Virus Corona
LAPORAN SL. GAHARU

PanturaNews (Tegal) - Corona seperti hantu yang sangat ditakuti, menyebabkan kegelisahan dan kepanikan. Di tengah kegelisahan terhadap kondisi ini, Komunitas Sastrawan Tegalan tetap menunjukkan sisi kreatifnya. Corona dilawan dengan KUR 267.

Hal itu diungkap oleh dosen Unikal Pekalongan, Dina Nurmalisa Sabrawi yang sekaligus kandidat doktor dari Universitas Indonesia (UI), dalam Kata Pengantarnya untuk buku antologi Kur 267 bertajuk "Kota Beton, Kesaksian Pageblug Korona" yang dieditori Lanang Setiawan.

Menurut Dina Nurmalusa, sejak karya sastra tersebut dikenalkan Lanang Setiawan dan kawan-kawan penyair di Tegal, KUR 267 sama seperti Corona yang menyebar begitu cepat.

"KUR 267 sebagai genre baru puisi pendek tegalan mulai menjangkiti siapa saja. Dari penyair, pejabat, politisi, guru, siswa, seniman, hingga siapa saja yang sempat mengenal genre baru ini, mulai menulis KUR 267. Sebelumnya, ada antologi KUR 267 yang dieditori Lanang Setiawan. Lalu ada antologi KUR 267 Layang-Layang Stern yang ditulis dalam dua bahasa Tegalan dan Jerman," tutur Dina, Rabu 8 April 2020.

Puisi pendek yang berpola semacam ini, katanya lebih lanjut, tentunya bukan hal yang mudah untuk menciptakannya. Pola 267 membuat peng-KUR (kalau boleh saya sebut demikian untuk menamai para penulis KUR 267) harus memilih kata sedemikian rupa, agar sesuai dengan pola tersebut. Jadi, menulis KUR 267 ini bukan sekadar iseng, harus pakai perhitungan yang njlimet dan tepat.

"Antologi KUR 267 kali ini mengusung tema tentang respon masyarakat terhadap merebaknya virus corona. Beberapa di antaranya mengeluh, ada yang mengajak pada kegiatan yang bermanfaat di rumah, ada yang memetik hikmah, ada yang pasrah, banyak pula yang gelisah," katanya.

Ditambahkan, yang menarik dari karya-karya tegalan adalah seringkali menghadirkan perspektif wong cilik dalam merespon sebuah peristiwa. Wong cilik yang terimbas Corona, merasakan penderitaan karena kehilangan pendapatan.

Para buruh kesulitan pangan karena tidak ada pekerjaan, sehingga keluarganya pun kapiran. Nampaknya, bagi wong cilik, ancaman keselamatan karena serangan virus sepertinya tidak lebih menakutkan daripada kesulitan hidup.

Sementara itu, Lanang Setiawan mengatakan, diterbitkannya karya tersebut semata sebagai penanda bahwa di jagat raya ini pernah mengalami wabah virus Covid-19 yang menggilakan dan mematikan.

"Sampai-sampai di daerah kami, Kota Tegal, hampir semua jalan keluar masuk penuh dengan ratusan beton penghalang aktifitas masyarakat," ujar Lanang.

Rencananya, pada pertengahan bulan April ini, antologi Kur 267 tersebut bakal terbit. Saat ini buku yang memuat puisi pendek tegalan KUR 267 karya 14 penulis yakni Kusfitria Marstyasih, Prasetyawati, Heni Oemar, Yoga Purwatiningsih, Ridwan Rumaeni, Heru Setyawan, Wanto Tirta, Mohammad Ayyub, Eppy Budi Prie, Khaerul Huda, Endhy Kepanjen, Ria Candra Dewi, Lanang Setiawan dan Siska Singer ini dalam proses cetak.


 
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.

Komentar Berita