Sabtu, 20/07/2019, 10:01:47
Magnet Mahasiswa dalam Masyarakat
Oleh: Yanti Suryanti

Mahasiswa adalah pahlawan seperti zaman Soekarno,Hatta, Syahrir, dan lainlain di e ra kemerdekaan. Harapan agar mahasiswa memiliki karakter heroik dan progresif jadi yang dibutuhkan untuk konteks sekarang di zaman persaingan antar negara-bangsa, adalah karakter produktif dan kreatif agar menjadi generasi yang mampu menambah tenaga produksi yang dibutuhkan, untuk mengatasi ketertinggalan dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), lebih jauh dari itu juga masih diperlukan jiwa kritis dari intelektual dan kaum intelektual itu terhadap dominasi kekuasaan yang sering memanipulasi dan menindas masyarakat.

Kemunduran kesadaran mahasiswa yang tercermin dari gaya hidup mahasiswa, watak dan tindakkannya sekarang ini adalah bagian dari epos sejarah yang tetap akan bisa berubah. Serangan ideologi neoliberalisme memang semakin masif, tetapi pada saat yang sama krisis yang ditimbulkannya cukup parah. Pada saat mahasiswa terkurung dalam budaya bisu, sekarang ini rakyat justru melawan di mana-mana dengan berbagai macam tindakan dan perspektif atau ekspresinya, buruh, tani dan kaum miskin perkotaan lebih radikal dalam tindakannya.

Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara merupakan proses pembudayaan yakni satu usaha memberikan nilai-nilai luhur kepada generasi baru dalam masyarakat yang tidak hanya bersifat pemeliharaan tetapi juga dengan maksud memajukan serta memperkembangkan kebudayaan menuju ke arah keluhuran hidup kemanusiaan, dari pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil pendidikan tidak hanya meningkatkan ilmu pengetahuan namun sampai kepada peningkatan perilaku yang akhirnya menjadi kebudayaan yang dilestarikan masyarakat. Sehingga ketika sekarang kita lihat tingginya tingkat putus sekolah, tingginya tingkat kemiskinan dan tingginya tingkat korupsi di masyarakat juga merupakan buah dari kegagalan pendidikan.

Kemerosotan dan kerusakan pada fondasi kehidupan kampus harus di benahi dengan kembali meneguhkan landasan ideologi yang kokoh. Kita tidak bisa sekedar mengambil langkah penyelamatan yang praktis dan pragmatis atau paket program yang hanya mengatasi akibat dari krisis dalam kehidupan mahasiswa. Kita perlu mengambil langkah cepat dan tepat berbasis ideologi yang digali dari bumi Indonesia sendiri, yakni Pancasila seperti yang dirumuskan oleh Soekarno dalam pidatonya di hadapan sidang BPUPKI pada 1 Juni 1945.

Akar sejarah ini harus ditekankan mengingat Pancasila kerap direduksi dan dilepaskan dari latar belakang sejarahnya. Dalam pidato itu Soekarno menegaskan landasan ideologi kehidupan bernegara mencakup kebangsaan yang bersandar pada kesamaan nasib dan persatuan dalam perjuangan untuk keadilan dan kemakmuran, internasionalisme atau perikemanusiaan yang menentang segala bentuk penjajahan, kolonialisme dan imperialisme, mufakat atau demokrasi yang mampu mendatangkan kesejahteraan, keadilan sosial atau demokrasi ekonomi yang menentang kapitalisme, dan ketakwaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa.  

Peran mahasiswa dalam kehidupan nyata merupakan suatu kebutuhan bagi masyarakat dan mahasiswa itu sendiri. Selain dalam hal demikian mahasiswa dituntut untuk mengamalkan ilmu yang telah didapatkannya. Proses mahasiswa dalam dunia kampus merupakan sebuah bentuk penggemblengan untuk mahasiswa itu sendiri. Agar ketika terjun ke lapangan dihadapkan dalam dunia masyarakat tidak khawatir dan kaget.

(Yanti Suryanti adalah Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Peradaban Bumiayu, Kabupaten Brebes)

Tulisan dalam Kolom Opini ini adalah kiriman dari masyarakat. Segala tulisan bukan tanggung jawab Redaksi PanturaNews, tapi tanggung jawab penulisnya.

 
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.

Komentar Berita