Senin, 05/11/2018, 10:36:53
Menguatkan Karakter Bangsa
Oleh: Wahyu Syaefulloh

Wahyu Saefulloh

Seiring dengan perjalanan bangsa, banyak catatan-catatan sejarah yang terukir, baik ditinjau dari zaman pra kemerdekaan sampai pasca reformasi. Melihat fenomena ini begitu banyak bangsa menciptakan pemimpin-pemimpin yang lahir dari masa ke masa. Bisa kita lihat banyak tokoh-tokoh besar yang patut dijadikan tauladan, seperti pahlawan-pahlawan pada masa kerajaan, pahlawan pada masa perjuangan kemerdekaan hingga pahlawan-pahlawan yang bergerak di bidang organisasi kepemudaan.

sebenarnya apa yang mereka patut dicontoh untuk kita dan mungkin bagi para elities yang menduduki jabatan prestise. Melihat itu semua bisa kita refleksikan bagaimana kepemimpinanya dan menjadi inspirasi hingga sampai saat ini.

Ada nilai-nilai yang ditanamkan pemimpin-pemimpin dahulu, dan mengakar menjadi sebuah ideologi sebagai karakter bangsa yang tidak mungkin digantikan oleh ideologi apapun. Memang dalam sejarah beberapa kali ideologi yang tertanam mendapat guncangan paham-paham lain seperti komunis, tetapi terbukti bahwa komunis menjadi salah satu organisasi terlarang, akhir-akhir ini paham yang di bawa oleh HTI menjadikan negara khilafah, dan banyak yang menganggap menjadi ancaman, dengan cepat pemerintah mencabut badan hukumnya pada tanggal 19 Juli 2017 lalu.

Melihat itu semua tidak terlepas dari perang ideologi yang dipengaruhi oleh pemahaman-pemahaman yang berkembang, seperti paham-paham radikal (ekslusifime), ditengarai paham ini sebagai gerbang awal terorisme.

Menariknya saat ini Indonesia menduduki peringkat kedua di Asia tenggara setelah Filipina dalam aksi teror, dan kalangan pemuda menjadi icon terbanyak dalam aksi tersebut. BNPT melakukan riset pada tahun 2012 terhadap 110 pelaku tindakan terorisme, hasilnya, pelaku paling banyak ada di rentang usia 21-30 tahun (47,3 persen), setelah itu pada rentang usia 31-40 tahun (29,1 persen). Yang berusia di bawah 21 tahun ada 11,8 persen (IDN Times 14/01/2016). perlu ada sebuah penguatan terhadap ideologi bangsa, karena pemuda adalah aset dan juga pemimpin cadangan atau pemimpin masa depan (Iron Stock).

Penguatan organisasi kepemudaan menjadi salah satu benteng paham-paham yang berkembang, melihat sejarah eksistensi organisasi kepemudaan membuktikan mampu menciptakan kader-kader bangsa yang berkarakter dan memiliki seni kepemimpinan. Sehingga bisa meredam dan tidak mudah terpengaruh oleh paham-paham yang berkembang. Dengan penguatan organisasi kepemudaan diharapkan bisa merawat ideologi dan menjaga nilai-nilai yang terkandung.

Akhir-akhir ini memang ancaman bagi ideologi Pancasila tak terelakan, khususnya di kalangan mahasiswa, BIN mencatat 39 % mahasiswa terpengaruh oleh paham radikalisme. untuk mengantisipasi meluasnya paham tersebut Menristekdikti mengeluarkan (Permenristekdikti) Nomor 55 Tahun 2018, tentang Pembinaan Ideologi Bangsa dalam Kegiatan Kemahasiswaan di lingkungan kampus.

Hal ini merupakan upaya Kemenristekdikti dalam menekan paham radikalisme dan intoleran di dalam kampus. menristekdikti mengajak seluruh organisasi mahasiswa untuk membentuk UKM PIB (Unit Kegiatan Mahasiswa Pengawal Ideologi Bangsa). Di sini ada peluang besar bagi mahasiswa-mahasiswa yang ingin mengembangkan cakrawala berfikirnya yang dipersiapkan untuk menguatkan karakter bangsa.

Selain mampu menguatkan karakter bangsa, organisasi kepemudaan mampu menciptakan pemimpin-pemimpin masa depan, yang jadi masalah banyak mahasiswa khususnya kurang tertarik dengan aktif di organisasi kepemudaan, dianggap organisasi menghabiskan waktu serta mengganggu mata kuliah, dan bisa berdampak pada IPK. Minat mahasiswa terhadap organisasi hanya mencapai 20-30%, dari jumlah mahasiswa yang tercatat di kemenristekdikti ada 6.924.511 (2017).

(Penulis adalah masiswa di Universitas Peradaban Bumiayu (UPB))

Tulisan dalam Kolom Opini ini adalah kiriman dari masyarakat. Segala tulisan bukan tanggung jawab Redaksi PanturaNews, tapi tanggung jawab penulisnya.

 
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.

Komentar Berita