Senin, 08/12/2014, 08:11:29
Biaya Produksi Tanaman Kentang Meningkat 70%
Laporan Zaenal Muttaqin

Petani di Pandansari memanen tanaman kentangnya (Foto: Zaenal Muttaqin)

PanturaNews (Brebes) - Musim hujan seperti saat ini membuat petani kentang di kawasan lereng Gunung Slamet, tepatnya di Desa Pandansari, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, harus merogoh koceknya lebih banyak lagi untuk biaya perawatan. Pasalnya, pada musim hujan ini, tanaman kentang mudah terserang hama sejenis jamur yang dapat membuat daun layu.

"Sekarang musim hujan, biaya untuk produksi tanaman kentang bertambah sekitar 70 persen dari biasanya," kata petani kentang, Timbul Hadi Pramono kepada PanturaNews.Com, Senin 08 Desember 2014.

Menurutnya, pada musim hujan seperti saat ini petani harus bekerja ekstra untuk menjaga tanaman kentangnya agar dapat tumbuh dan berbuah sehingga dapat dipanen. Perawatan biasanya dilakukan petani untuk menjaga agar tanaman tidak terkena serangan hama busuk daun yang disebabkan oleh jamur.

"Musim hujan begini menjadi sangat lembab sehingga tanaman terutama daunnya mudah terserang jamur dan akan membusuk," ungka Hadi.

Dikatakan, untuk menjaga agar tanaman kentang tidak mengalami busuk daun yang akhirnya dapat berakibat mati atau tak berbuah, petani biasanya melakukan penyemprotan dengan oabat-obatan pertanian. Penyemprotan dilakukan menjadi lebih sering bahkan tiap dua hari sekali, sementara di luar musim hujan paling banyak hanya sekali dalam satu minggu.

"Harga obat-obatan sekarang mahal dan dosisnya juga harus ditambah untuk dapat mengendalikan hama, penyemprotan juga lebih sering dilakukan atau tiap dua hari sekali," tutur Hadi.

Biaya untuk penanaman dan perawatan tanaman kentang normalnya sebesar Rp 30 juta per hektarnya, mulai dari pengolahan lahan sampai biaya perawatan. Pada musim hujan seperti sekarang ini menjadi bertambah dan mencapai Rp 45 juta hingga 60 juta per hektarnya, atau meningkat sekitar 50 sampai 100 persen.

"Peningkatan biaya produksi pada musim penghujan ini mencapai 100 persen," ucap Hadi.

Meski biaya membengkak, petani tetap bertahan untuk menanam kentang, selain karena sudah menjadi mata pencaharian juga masih ada keuntungan saat panen. Harga jual kentang di tingkat petani saat ini Rp 6 ribu dan tiap hektar biasanya dapat menghasilkan panen sebanyak 14 ton.

"Masih ada keuntungan meski tipis, sehingga petani tetap bertahan," kata Hadi yang juga Sekretaris Desa Pandansari ini.

Petani pada umumnya juga tidak merogoh koceknya sendiri untuk biaya penanaman dan perawatan tanaman kentangnya. Kebiasaan petani di Pandansari menggunakan sistem pinjaman pada pihak kedua untuk benih dan obat-obatan, hanya tenaga saja yang biasanya petani harus mengeluarkan biaya.

"Di sini kebanyak petani yang menggunakan pinjaman untuk biaya benih dan obat-obatan dan dibayar pada saat panen," ungkap Hadi.

Kondisi tersebut juga membuat para petani di Pandasari giat bekerja dan ekstra hati-hati dalam merawat tanaman kentangnya agar dapat menghasilkan panen untuk membayar hutang.

"Petani biasanya kerja keras agar bisa panen dan dapat membayar hutang benih dan obat-obatannya," pungkas Hadi.


 
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.

Komentar Berita